Senin, 31 Desember 2012

Posted by Unknown On Senin, Desember 31, 2012


A.           Anak Hiperaktif
1.             Pengertian Hiperaktif
Tin Suharmini (2005:7) Istilah hiperaktif berasal dari dua kata, yaitu hyper dan activity. Hyper berarti banyak di atas, tinggi. Activity berati keadaan yang selalu bergerak, mengadakan eksplorasi serta respon terhadap rangsang dari luar. Dengan demikian berdasarkan istilah hiperaktif berarti aktivitas yang sangat tinggi atau sangat banyak. Istilah ini digunakan untuk menggambarkan anak yang terus menerus bergerak seakan-akan tidak mengenal akhir, atau tidak akan berhenti.
 Hiperaktif atau yang dikenal dengan Attention  Deficit  Hiperactivity Disorder  (ADHD) atau Attention Deficit Disorder (ADD) menggambarkan anak-anak  yang  menderita  ketidakmampuan  untuk  ‘stop,  look,  listen and think’ (Abikoff, 1987). Kelemahan  tersebut disebabkan oleh ketidakmampuan dalam menggunakan strategi kognitif yang  terorganisir sehingga sulit memusatkan dan mempertahankan perhatian. Perilaku mereka tidak diatur melalui aturan yang jelas.


2.             Karakteristik Anak Hiperaktif
Menurut Inu Wicaksono (2000) dalam buku Tin Suharmini (2005:17) karakteristik anak hiperaktif adalah sering tangan dan kaki banyak gerak di tempat duduk, sering meninggalkan tempat duduk sewaktu mengikuti pelajaran di kelas, sering berlari-lari atau memanjat secara berlebihan, tidak dapat mengikuti aktivitas dengan tenang atau santai, selalu bergerak terus seperti digerakkan oleh mesin dan sering banyak bicara.
Tin Suharmini (2005:17) penelitian yang dilakukan Tin Suharmini (2000) mengemukakan karakteristik anak hiperaktif yaitu mengganggu situasi kelas, daya konsentrasi rendah, impulsif, koordinasi motorik rendah, dan mudah beralih perhatian.

3.             Penyebab Hiperaktivitas
Tin Suharmini (2005:37) sejumlah  ahli memperdebatkan tentang penyebab hiperaktivitas. Ada enam faktor yang diperdebatkan sebagai penyebab hiperaktivitas. Enam faktor tersebut adalah faktor neurologi (brain injured/luka otak), Toxic reactious (keracunan, keracunan ini dapat diperoleh manusia melalui udara yang sering dihirup oleh manusia, makanan dan minuman yang dikonsumsi), kemudian kondisi prenatal (kondisi kehamilan dan proses persalinan), faktor genetik, variasi biologis, dan karena faktor lingkungan.

4.             Penanganan Hiperaktivitas
Agar perkembangan anak hiperaktif bisa kembali seperti anak normal atau setidaknya bisa berkurang hiperaktifitasnya dan dapat berkomunikasi atau menjalankan hubungan baik dengan orang-orang di sekitarnya makan anak hiperaktif perlu mendapatkan pendidikan, pengasuhan dan penanganan secara khusus sejak dini, untuk itu para pendidik (orang tua, guru dan orang dewasa lainnya) sangat diperlukan dalam upaya penyembuhan anak hiperaktif. Walaupun dibutuhkan kesabaran, energi, memakan waktu yang cukup lama dan biaya yang tidak sedikit, namun dengan dilakukan secara intensif akan membantu penyembuhannya secara bertahap hiperaktifitasnya akan berkurang.


B.            Media Pembelajaran
1.             Pengertian Media Pembelajaran
Media merupakan perantara atau pengantar. Menurut AECT/Association for Educational Communication and Technology (1979) dalam buku Yusufhadi Miarso (2009:457) mengartikan bahwa media sebagai segala bentuk dan saluran untuk proses transmisi informasi.
Istilah pembelajaran digunakan untuk menunjukkan usaha pendidikan yang dilaksanakan secara sengaja, dengan tujuan yang di tetapkan terlebih dahulu sebelum proses dilaksanakan, serta yang pelaksanaannya terkendali.
Media Pembelajaran adalah segala sesuatu yang digunakan untuk menyalurkan pesan serta dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan kemauan si belajar sehingga dapat mendorong terjadinya proses belajar yang disengaja, bertujuan, dan terkendali (Yusufhadi Miarso:2009:458)
Dari  beberapa  pengertian  media  pembelajaran tersebut,  maka  dapat disimpulkan  bahwa  media  adalah  segala  sesuatu  yang  dapat digunakan  untuk menyalurkan  pesan  dari  pengirim  ke  penerima  sehingga  dapat  merangsang pikiran,  perasaan,  perhatian  dan  minat  serta  perhatian  siswa  sedemikian  rupa sehingga terjadi proses belajar.

2.             Manfaat Media Pembelajaran
Nana Sudjana (2002:2) metode mengajar akan lebih bervariasi, tidak semata-mata komunikasi verbal melalui penuturan kata-kata oleh guru, sehingga siswa tidak bosan dan guru tidak kehabisan tenaga, apalagi bila guru mengajar untuk setiap jam pelajaran.
Yusufhadi Miarso (2009:458) Media dapat mengatasi keterbatasan pengalaman yang dimiliki oleh para siswa. Pengalaman tiap-tiap siswa itu berbeda-beda. Kehidupan keluarga dan masyarakat sangat menentukan pengalaman macam apa yang dimiliki oleh siswa. Media dapat melampaui batas ruang kelas, banyak hal yang tak mungkin untuk dialami secara langsung di dalam kelas oleh para siswa karena : (1) Obyek terlalu besar misal candi, stasiun, dan lain-lain;dengan media kita bisa menampilkannya ke hadapan siswa. (2) Beberapa objek, makhluk hidup dan benda, yang terlalu kecil untuk diamati dengan mata telanjang, misalnya bakteri, protozoam dan sebagainya, kaca pembesar sebagai salah satu bentuk sarana pembelajaran dapat memperbesar dan memperjelas objek-objek tadi. (3) Gerakan-gerakan yang terlalu lambat untuk diamati, misalnya proses pemekaran bunga, dapat diikuti prosesnya dalam beberapa saat saja berkat media fotografi. (4) Gerakan-gerakan yang terlalu cepat pun sulit ditangkap mata biasa, misalnya kepakan sayap burung, kumbang dan lain-lain, dapat diamati berkat media. (5) Adakalanya objek yang akan dipelajari terlalu kompleks. Media dalam bentuk diagram atau model dapat digunakan untuk menyederhanakan objek yang bersangkutan agar lebih gampang dimengerti. (6) Bunyi-bunyi yang amat halus ataupun suara guru berceramah di hadapan ratusan siswa, yang tak mungkin ditangkap dengan jelas oleh telinga biasa menjadi jelas didengar berkat media. (7) Rintangan-rintangan untuk mempelajari musim, iklim, dan geografi secara umum dapat diatasi, kehidupan ikan di dalam laut atau kehidupan singa di hutan dapat dihidangkan ke depan kelas. Media memungkinkan adanya interaksi langsung antara siswa dan lingkungannya, mereka tidak hanya diajak “membaca tentang” atau “berbicara tentang” gejala-gejala fisik dan sosial, tetapi diajak berkontak secara langsung dengannya. Media menghasilkan keseragaman pengamatan. Persepsi yang dimiliki si A berbeda dengan si B bila si A hanya pernah mendengar sedang si B pernah melihat sendiri bahkan pernah memegang, meraba, dan merasakannya. Media memberikan pengalaman dan persepsi yang sama. Pengamatan yang dilakukan oleh siswa bisa bersama-sama diarahkan ke hal-hal penting yang dimaksudkan guru. Media membangkitkan keinginan dan minat baru. Dengan menggunakan media pendidikan, horizon pengalaman anak semakin luas, persepsi semakin tajam, konsep-konsep dengan sendirinya semakin lengkap. Akibatnya keinginan dan minat untuk belajar selalu muncul. Media membangkitkan motivasi dan merangsang untuk belajar. pemasangan gambar-gambar di papan tempel, pemutaran film, mendengarkan rekaman, atau radio merupakan rangsangan yang membangkitkan keinginan untuk belajar. Media memberikan kesempatan kepada siswa untuk belajar mandiri, pada tempat dan waktu serta kecepatan yang ditentukan sendiri.
Dari beberapa manfaat media pembelajaran di atas dapat disimpulkan manfaat penggunaan media pembelajaran dalam proses belajar mengajar adalah bahwa media pembelajaran dapat menunjang proses pembelajaran yang mampu mempertinggi pemahaman dan hasil belajar yang dicapai, materi lebih jelas tidak bersifat verbalistik, memberikan motivasi (siswa termotivasi untuk belajar), dan memberikan pengalaman belajar yang lebih bermakna.

C.            Media Visual
1.             Pengertian Media Visual
Media Visual (Daryanto, 1993:27), artinya semua media yang digunakan dalam proses belajar yang bisa dinikmati lewat panca indera mata.
Tampilnya lambang-lambang visual untuk memperjelas lambang verbal memungkinkan para siswa lebih mudah memahami makna pesan yang dibicarakan dalam proses pengajaran. Hal ini disebabkan bahwa visualisasi mencoba menggambarkan hakikat suatu pesan dalam bentuk yang menyerupai keadaan yang sebenarnya atau realisme. (Nana Sudjana, 2002:8)
Media visual memegang peranan yang sangat penting dalam proses belajar. media visual dapat memperlancar pemahaman dan memperkuat ingatan. Visual dapat pula menumbuhkan minat siswa dan dapat memberikan hubungan antara isi materi pelajaran dengan dunia nyata. Agar menjadi efektif, visual sebaiknya ditempatkan pada konteks yang bermakna dan siswa harus berinteraksi dengan visual (gambar) itu untuk meyakinkan terjadinya proses informasi.
Dengan demikian media visual dapat diartikan sebagai alat pembelajaran yang hanya bisa dilihat untuk memperlancar pemahaman dan memperkuat ingatan akan isi materi pelajaran. Pendidikan melalui media visual adalah metode atau cara untuk memperoleh pengertian yang lebih baik daripada sesuatu yang hanya didengar atau dibacanya.

2.             Fungsi Media Visual
Levie & Lentz  (1982) mengemukakan empat fungsi media pembelajaran, khususnya media  visual,  yaitu  fungsi  atensi,  fungsi  efektif,  fungsi  kognitif,  dan fungsi kompensatoris.
Fungsi  atensi  media  visual  merupakan  inti,  yaitu  menarik  dan mengarahkan  perhatian  siswa  untuk  berkonsentrasi  kepada  isi  pelajaran  yang berkaitan dengan makna visual yang ditampilkan atau teks materi pelajaran.
Fungsi  afektif media  visual  dapat  terlihat  dari  tingkat  kenikmatan  siswa ketika belajar (atau membaca) teks yang bergambar. Gambar atau lambang visual dapat menggugah  emosi  dan  sikap  siswa, misalnya  informasi  yang menyangkut masalah sosial atau ras.
Fungsi  kognitif media visual  terlihat dari  temuan-temuan penelitian yang mengungkapkan  bahwa  lambang  visual  atau  gambar  memperlancar pencapaian untuk  memahami  dan mengingat  informasi  atau  pesan  yang  terkandung  dalam gambar.
Fungsi  kompensatoris  media  pembelajaran  terlihat  dari  hasil  penelitian bahwa media visual yang memberikan konteks untuk memahami  teks membantu siswa yang lemah dalam membaca untuk mengorganisasikan informasi dalam teks dan mengingatnya kembali. 

3.             Penggunaan Media Visual
Selama proses pembelajaran kita cenderung menggunakan indera penglihatan, kita memakai mata kita untuk memperoleh informasi, pengetahuan, simbol, isyarat, atau hal yang menarik perhatian kita, ini mempunyai arti yang penting dalam proses belajar. Kemampuan penglihatan harus dijadikan bahan pertimbangan dalam mengembangkan hasil yang telah kita peroleh dalam proses belajar mengajar.
Sharon E. Smaldino dalam bukunya “Instructional Technology and Media for Learning” (2007:51) menjelaskan bahwa penampilan visual tidak boleh mengganggu, gambar dan tulisan yang diproyeksikan harus dapat dibaca, untuk itu harus jelas dan terang. Visual  tidak boleh  meragukan,  artinya  obyek-obyek  yang  masih  asing  atau  belum  dikenal hendaklah  ditampilkan  sedini  mungkin.  Untuk  mendapatkan  gambaran  tentang ukuran  dan  bentuknya,  harus  terlihat  perbandingannya  dengan  obyek  lain  yang sudah dikenal.
Media visual tidak boleh terlalu ramai dan kacau supaya informasi yang dimaksudkan dapat tertangkap jelas oleh siswa. Media visual haruslah sesuai dengan kenyataan dan dapat diterima, kalau mungkin gerakan gambar, grafis atau slide yang asli untuk membuat master copy (duplikat  asli  yang  pertama  kali),  gunakan  yang  asli  (master)  untuk  membuat setiap turunan/kopi/duplikat untuk menjaga kualitas gambar.

4.             Pengembangan Media Visual
Visualisasi pesan,  informasi, atau konsep yang  ingin disampaikan kepada siswa dapat dikembangkan dalam berbagai bentuk, seperti  foto, gambar/ilustrasi, sketsa/gambar  garis,  grafik,  bagan,  chart,  dan  gabungan  dari  dua  bentuk  atau lebih.  Foto  menghadirkan  ilustrasi  melalui  gambar  yang  hampir  menyamai kenyataan  dari  sesuatu  obyek  atau  sesuatu.
Smaldino (2007:60) menjelaskan bahwa dalam membuat media visual kita harus memperhatikan elemen-elemen visual seperti arrangement (penyusunan), balance (keseimbangan), color (warna), legability (keterbacaan), dan appeal (daya tarik) sehingga pesan yang ingin disampaikan dapat dipahami dengan baik.
Sudjana dan Rivai (2002:20) media visual yang baik hendaknya mengembangkan daya imajinasi. Daya imajinasi dapat ditimbukan dengan menata dan menyusun unsur-unsur visual dalam materi pembelajaran. Dalam merancang media pembelajaran perlu memperhatikan beberapa patokan, antara lain kesederhanaan, keterpaduan, penekanan, keseimbangan, garis, bentuk, tekstur, ruang dan warna.
Kesederhanaan, dalam tata letak (lay out) media pembelajaran tampak pada gambar yang cukup besar dan jelas rincian pokoknya. Lambang-lambang gambarnya harus diberi garis yang cukup tebal karena ingin ditonjolkan pentingnya, tetapi rincian penjelasannya cukup dengan garis-garis tipis saja. Dalam hal ini harus terlihat jelas perbedaan antara latar depan dari latar belakang, unsur pokok yang ditonjolkan. Tidak perlu hiasan-hiasan lain dibubuhkan kepadanya, sebab akan membingungkan para pengamat (siswa). Perhatian siswa harus dipusatkan pada gagasan pokok atau inti pelajaran. Pakailah kata-kata dengan huruf yang sederhana, klaimat-kalimatnya ringkas tetapi padat dan mudah dipahami siswa.
Keterpaduan, mengandung pengertian ada hubungan erat di antara berbagai unsur visual sehingga secara keseluruhannya berfungsi padu. Hal itu dapat dicapai dengan mempergunakan unsur-unsur yang saling tumpang tindih, penggunaan panah-panah penunjuk arah dan unsur-unsur vital lain, misalnya garis, bentuk, tekstur, warna, dan ruang.
Penekanan, memegang peranan penting dalam penyajian media pembelajaran, walaupun penyajian visual bersifat tunggal, dengan satu gagasan pokoknya, memiliki keterpaduan, seringkali memerlukan penekanan pada hanya satu unsur saja yang justru memerlukan titik perhatian dan minat siswa. dengan memanfaatkan ukuran, hubungan, perspektif dan unsur-unsur visual seperti garis, bentuk, tekstur, warna, dan ruang, dibubuhkan kepada satu unsur pokok tersebut cukup memadai.
Keseimbangan, bentuk  atau  pola  yang  dipilih  sebaiknya  menempati ruang  penayangan yang  memberikan  persepsi  keseimbangan  meskipun  tidak  seluruhnya  simetris tetapi  memberikan  kesan  dinamis  dan  dapat  menarik  perhatian  disebut keseimbangan  formal.  Keseimbangan  seperti  ini  menampakkan  dua  bayangan visual yang sama dan sebangun.
Garis, digunakan  untuk  menghubungkan  unsur-unsur  sehingga  dapat menuntun perhatian siswa untuk mempelajari suatu urutan-urutan khusus. 
Bentuk, perlku diperhatikan dalam merancang media pengajaran suatu bentuk yang tidak lazim, dapat memberikan perhatian secara khusus kepada media visual, maka media pembelajaran semacam itu mampu menarik minat para siswa secara efektif. Bentuk sebagai unsur visual diperlukan dalam sebuah pameran.
Ruang, ruang terbuka yang mengelilingi undur-unsur visual dan kata-kata, akan menghindarkan kesan berdesakan.
Tekstur, adalah  unsur  visual  yang  dapat  menimbulkan  kesan  kasar  atau halus.  Tekstur  dapat  digunakan  untuk  penekanan  suatu  unsur  seperti  halnya warna.
Warna, Warna merupakan  unsur  visual  yang  penting,  tetapi  ia  harus  digunakan dengan  hati-hati  untuk memperoleh  dampak  yang  baik. Warna  digunakan  untuk memberi kesan pemisahan atau penekanan, atau untuk membangun keterpaduan. Disamping  itu,  warna  dapat  mempertinggi  tingkat  realisme  obyek  atau  situasi yang  digambarkan,  menunjukkan  persamaan  dan  perbedaan,  dan  menciptakan respons  emosional  tertentu. Ada  tiga hal penting yang harus diperhatikan ketika menggunakan warna, yaitu (1) pemilihan warna khusus (merah, biru, kuning, dan sebagainya),  (2)  nilai  warna  (tingkat  ketebalan  dan  ketipisan  warna  itu dibandingkan  dengan  unsur  lain  dalam  visual  tersebut),  dan  (3)  intensitas  atau kekuatan warna itu untuk memberikan dampak yang diinginkan.

5.             Bentuk Media Visual (gambar)
Erianawati (2005) ada berbagai bentuk media visual (gambar) yang dapat membantu proses belajar  mengajar  terutama  anak  hiperaktif  yaitu  media  gambar  yang  meliputi gambar chart, gambar chart berseri (flipchart), foto, alat permainan visual edukatif dan  berbagai media  visual  gambar  lainnya.  Tujuan  utama  penampilan berbagai jenis  media  visual  (gambar)  ini  adalah  untuk  memvisualisasikan  konsep  yang ingin disampaikan kepada siswa/anak.

D.           Pentingnya Penggunaan Media Visual (Gambar) dalam Pembelajaran Anak Hiperaktif
1.             Pentingnya Media Visual dalam Pembelajaran Anak Hiperaktif
Selama proses pembelajaran kita cenderung menggunakan indera penglihatan, kita memakai mata kita untuk memperoleh informasi, pengetahuan, simbol, isyarat, atau hal yang menarik perhatian kita, ini mempunyai arti yang penting dalam proses belajar. Kemampuan penglihatan harus dijadikan bahan pertimbangan dalam mengembangkan hasil yang telah kita peroleh dalam proses belajar mengajar. Hal ini juga berlaku untuk anak hiperaktif yang selalu menggunakan indera mata.
Berdasarkan penelitian Erianawati (2005) diketahui bahwa metode  yang  digunakan untuk anak hiperaktif adalah  metode  yang memberikan  gambaran  konkrit  tentang  “sesuatu”,  sehingga  anak  dapat menangkap  pesan,  informasi  dan  pengertian  tentang “sesuatu”  tersebut. Media  visual  itu  sangat  diperlukan karena disamping anak hiperaktif ia juga kehilangan konsentrasi, dan biasanya juga  diimbangi  dengan  gangguan  pemahaman  bahasa  yang  teramat  dalam,  apa yang  tidak diketahui oleh anak hiperaktif divisualkan  lewat gambar-gambar, dan dengan  gambar-gambar  yang  berwarna,  anak  akan  jadi  lebih  tertarik  untuk  melihat  dan  memperhatikan  apa  yang  disampaikan,  disamping  itu  cara  yang termudah  untuk  menyampaikan  kepada  anak  supaya  mengerti  adalah  dengan menggunakan media visual (gambar). Hampir  semua  mata  pelajaran  dalam  membelajarkan  anak  hiperaktif dengan menggunakan media visual (gambar), terutama dalam mengenalkan suatu benda  atau  hal  lain  dalam  membimbing  anak  untuk  melakukan  sesuatu.
 Untuk  itu  sangat  penting  dalam  membelajarkan  anak  hiperaktif  dengan menggunakan  media  visual  (gambar-gambar),  karena  dengan  gambar-gambar itu anak lebih mudah belajar memahami segala sesuatu.





BAB III
PEMBAHASAN

A.           Pelaksanaan Pembelajaran  Anak  Hiperaktif Dengan Menggunakan Media Visual (Gambar)
Berdasarkan  hasil  penelitian Erianawati (2005) di  Lembaga  Terapi  Anak  Al  Tisma  Kudus pelaksanaan  pembelajaran  anak  hiperaktif    dilakukan  dikamar  khusus  bebas distraksi. Pembelajaran  ini  dilaksanakan  dengan  menggunakan  sistem  individual dimana  pembelajarannya  setiap  satu  guru memegang  satu murid atau dua guru memegang satu murid dan ini berlaku bagi anak yang masih sangat  sulit  untuk  dikendalikan  (hiperaktif berat)  dan  bersifat  sementara  sampai tingkat kehiperaktifitasan anak sedikit berkurang. Dimana guru yang satu duduk  berhadapan  dengan  anak  memberikan  materi  pelajaran  dan  guru  yang satunya  lagi  duduk  dibelakang  anak/memangku  anak  dan memegangi anak sambil mengarahkan.
Sedangkan metode  yang  digunakan adalah  perpaduan  dari  metode  yang  ada,  dimana  penerapannya disesuaikan  kondisi  dan  kemampuan  anak  serta  materi  dari  pengajaran  yang diberikan  kepada  anak.  Metode  ini  memberikan  gambaran  konkrit  tentang “sesuatu”,  sehingga  anak  dapat  menangkap  pesan,  informasi  dan  pengertian tentang  “sesuatu” tersebut. 
Hampir  semua  mata  pelajaran  dalam  membelajarkan  anak  hiperaktif dengan menggunakan media visual (gambar), terutama dalam mengenalkan suatu benda  atau  hal  lain  dalam  membimbing  anak  untuk  melakukan  sesuatu.
Sesuai  dengan  kurikulum  yang  sudah  ada,  pembelajaran  dengan menggunakan media visual  (gambar) mencakup: 
1.      Identifikasi benda dan melabel (menyebutkan) gambar
Media yang digunakan adalah foto dari berbagai benda, dan kartu gambar. 

2.      Mencocokkan (Matching)
Media  yang  digunakan  adalah  benda-benda  dan  gambar  yang identik,  kartu huruf, benda berwarna, kartu angka, dan berbagai bentuk.
3.      Identifikasi warna dan melabel warna
Media yang digunakan adalah kertas warna dan benda-benda berwarna
4.      Identifikasi bentuk dan melabel bentuk
Media yang digunakan adalah  berbagai bentuk dan gambar
5.      Identifikasi huruf  dan melabel huruf
Media yang digunakan adalah  kartu-kartu huruf
6.      Identifikasi angka dan melabel angka
Media yang digunakan adalah kartu-kartu angka
7.      Identifikasi kata kerja, melabel kata kerja dan menirukan gambar
Media yang digunakan adalah foto/gambar aktivitas orang
Apabila  disaat  pelajaran  berlangsung  konsentrasi  anak mulai  hilang  dan anak  sulit  untuk  dikendalikan  maka guru  biasanya  akan  memegangi  kedua tangan  atau pipi  (sekitar kepala)  anak  itu, bila perlu kaki  anak dijepit di  antara paha guru atau tungkai guru/terapis menjepit/merangkum kursi di belakang anak dan menatap dan menatap  anak  itu dan mengatakan  “…  (nama  anak)  lihat” dan mengatakan “Tidak…”.  Tindakan  dan  kata-kata  inilah  yang  selalu  diucapkan  guru  untuk mencegah/melarang  anak  yang  berbuat  sesuka  hati  bahwa  perbuatannya  itu salah/tidak  benar  dan  untuk  melarang/menyuruh  diam  disaat  anak  mengoceh sendiri,  bukannya  ditertawakan  karena  lucu,    sebab  dengan  ditertawakan  akan membuat anak itu merasa bangga karena merasa diperhatikan dan merasa bahwa apa  yang  dilakukannya/diucapkannya  itu  benar/baik.  Sebaliknya  apabila  anak sudah  mulai  mengerti  dengan  maksud  kita  dan  berusaha  memperbaiki  tindakannya yang salah baru kita katakan “ya”. 
Berdasarkan  hasil penelitian Eranawati (2005) cara membelajarkan anak hiperaktif  dikelas adalah: Pertama  guru  mempersiapkan  perhatian  anak  dan  berusaha  menenangkan mereka. Dengan  cara menatap mata  anak  dan memegangi  kedua  tangannya dengan  lembut,  kemudian  diajak  untuk  duduk  diam.  Hal  ini  penting  sekali untuk melatih anak disiplin dan berkonsentrasi pada satu pekerjaan.  Setelah  keadaan  tenang  dan  bisa  duduk  lebih  lama,  guru  mulai  pelajaran dengan mengambil  satu gambar dan meletakkan di  atas meja di depan anak, kemudian  guru memberi  perintah/instruksi  sesuai  dengan materi  yang  akan diajarkan. Dalam memberikan perintah/instruksi ini guru menyampaikan dengan singkat, jelas  dan  konsisten  dan  dengan  suara  netral  (cukup  keras,  tegas  dan  bukan membentak) agar anak mudah memahami.
Berbagai macam cara yang digunakan guru dalam mengajar mata pelajaran mencocokkan (matching) adalah :
1. Guru meletakkan sebuah benda dihadapan anak  dan berbagai macam gambar yang  berbeda  (max  5  gambar)  dan  anak  disuruh  mencocokkan/memilih gambar yang sesuai dengan benda.
2.  Guru  meletakkan  dua  kelompok  gambar  yang  mempunyai  gambar berpasangan  dan  anak  disuruh  mencocokkan/memasangkan  gambar-gambar itu.
3.  Guru  memegang  satu  gambar  dan  meletakkan  beberapa  gambar  dihadapan anak  lalu  anak  disuruh  memilih  gambar  yang  sesuai  dengan  gambar  yang dipegang guru.
Sedangkan  dalam  pelajaran  identifikasi  warna  guru  juga  menggunakan tehnik  insidental  (berkebetulan).  Dengan  cara  mengatur  benda-benda  yang berlainan warna, tetapi diluar jangkauan anak. Jika anak meminta benda tersebut, maka guru  akan menanyakan  terlebih dahulu apa warna benda  tersebut  sebelum memberikannya.
Dalam identifikasi kata kerja, menirukan gambar/melakukan aktivitas guru biasanya memulai  dengan memerintahkan  anak  untuk mengambil  sesuatu  yang ada  di  sekitar/diruang  kelas  kemudian  anak  diajarkan  pada  hal-hal  yang  lebih spesifik dan anak diperintahkan meniru guru (misalnya minum dari gelas, makan dengan menggunakan sendok dan garpu, menggosok gigi, melepas sepatu.
B.            Evaluasi Pembelajaran  Anak  Hiperaktif Dengan Menggunakan Media Visual (Gambar)
Untuk mengukur berhasil  atau  tidaknya pendidikan dan pengajaran perlu dilakukan adanya evaluasi  (penilaian)..Menurut Bloom  (Handbook on Formative and Sumative Evaluation of Student Learning) mengemukakan bahwa  “Evaluasi adalah  pengumpulan  bukti-bukti  yang  cukup  untuk  kemudian  dijadikan  dasar penetapan  ada  tidaknya  perubahan  dan  derajat  perubahan  yang  terjadi  pada  diri siswa atau anak didik.” Evaluasi pembelajaran  anak hiperaktif yang umum digunakan di  tempat-tempat terapi anak adalah evaluasi proses dan evaluasi bulanan. 
Evaluasi proses dilakukan seketika pada saat proses kegiatan berlangsung, dengan cara meluruskan atau membetulkan  perilaku menyimpang  pada  saat  itu juga, dengan memberi reward (hadiah/pujian) untuk respons yang benar. Evaluasi ini  dicatat  dalam  lembar  penilaian,  dengan  tujuan  untuk  mengetahui  sampai sejauh mana program yang dicapai anak.
Evaluasi  bulanan  bertujuan  untuk  memberikan  laporan perkembangan  atau  permasalahan  yang  ditemukan  atau  dihadapi  oleh pembimbing di  sekolah atau orang  tua di  rumah. Evaluasi bulanan  ini dilakukan dengan  cara  mendiskusikan  masalah  dan  perkembangan  anak  antara  guru  dan orang tua anak hiperaktif guna mendapatkan pemecahan masalah macam apa yang tepat dan cocok untuk anak hiperaktif.
Hasil  evaluasi  pembelajaran  dengan  menggunakan  media visual  (gambar) pada anak hiperaktif adalah sebagai berikut:
1)  Identifikasi Benda
Dalam  pembelajaran  identifikasi  benda  dari  beberapa  jenis  gambar  yang diajarkan  yaitu  gambar  binatang,  gambar  buah-buahan,  alat  transportasi.
Hanya gambar binatang dan gambar sayuran saja yang masih membingungkan anak  hal  ini  dikarenakan  adanya  kesamaan  dalam  gambar  dan  anak  masih belum  bisa  membedakannya  seperti  ayam  jantan  dan  ayam  betina,  yang  ia tahu  adalah  hanya  ayam  saja  sehingga  anak  harus  dibantu  (prompt setengah/sebagian/ringan). Begitu juga dengan gambar tomat mungkin karena bentuk dan warnanya  hampir sama dengan gambar lain misal: jeruk sehingga anak masih bingung membedakan dan ragu untuk menjawab.
1.      Mencocokkan (matching)
Dalam  pembelajaran  mencocokkan  (matching)  baik  itu  matching  warna, matching  huruf  besar, matching  bentuk, matching  binatang, matching  buah-buahan dan matching sayuran anak tidak mengalami kendala/hambatan karena pelajaran ini termasuk yang paling mudah hanya saja anak dituntut untuk lebih teliti dalam memasangkan gambar.
2.      Identifikasi Warna
Dalam  pembelajaran  identifikasi  warna  anak tidak  mengalami kendala/hambatan.
3.      Identifikasi Bentuk
Dalam pembelajaran identifikasi bentuk  (bintang), oval, kotak, segitiga, wajik, lingkaran dan  trapesium) anak sering dibingungkan antara  lingkaran dan oval karena bentuknya yang hampir sama. Tetapi dengan prompt (arahan/bantuan) lama-lama anak menjadi tahu dan memahami.
4.      Identifikasi Huruf
Dalam pembelajaran  identifikasi huruf  (A  sampai dengan Z)  terutama huruf besar anak menguasai materi dengan baik.
5.      Identifikasi angka
Dari pembelajaran identifikasi angka 1-10, anak tidak mengalami kendala saat ditanya  bahkan  ia  cepat  hafal  walaupun  ditanya  sampai  beberapa  kali pertemuan  dan  angkanya  diacak,  akan  tetapi  ada  angka  dimana  anak mengalami  kesulitan  menghafal,  anak  kadang-kadang  sudah  mulai/sesekali bisa atau anak sudah bisa tetapi dengan prompt setengah/sebagian/ringan yaitu angka 5 dan 8.
6.      Identifikasi Kata Kerja
Dalam pembelajaran identifikasi kata kerja dengan satu kata seperti memasak, membaca,  lari  dsb  anak  tidak  mengalami  kendala/hambatan,  akan  tetapi dalam  pembelajaran  identifikasi  kata  kerja  dengan  dua  kata  atau  lebih  anak masih mengalami  kesulitan  seperti main  bola, meniup  harmonika  dsb. Dan untuk  anak  yang  mempunyai  gangguan  speech  delayed  (terlambat  bicara) tidak jarang dia mengucapkan kata dengan menghilangkan satu huruf entah itu didepan,  ditengah,  atau  dibelakang  karena  kesulitan  dalam  berbicara  seperti kata biru menjadi bi u, putih menjadi uti, kotak menjadi otak dsb.













BAB IV
PENUTUP

Kesimpulan  :
Mendapatkan pendidikan dan pengajaran adalah hak semua orang yang juga tercantum dalam tujuan negara Indonesia kita. Hal ini menunjukkan bahwa anak hiperaktif juga harus mendapat pendidikan seperti halnya anak normal lainnya. Tetapi harus dilakukan dengan cara yang sesuai agar pendidikan dapat tercapai dan juga menjadi salah satu upaya penyembuhan, atau setidaknya dapat mengurangi kehiperaktifannya. Penggunaan media visual anak dapat lebih tertarik dan lebih mudah memahami segala sesuatu, guru juga lebih mudah menjalankan proses pembelajaran, khususnya dalam pendidikan anak hiperaktif sehingga media visual sangat diperlukan dan penting dalam setiap proses pendidikan.

Saran :
            Teknolog pendidikan harus mampu membuat dan mengembangkan media visual yang sesuai dengan setiap kebutuhan masyarakat, karena media visual sangat diperlukan dalam proses pembelajaran. Menjadi kewajiban kita bersama untuk membantu kemajuan pendidikan di Indonesia ini.

0 komentar:

Posting Komentar