Model Pembelajaran Asik
BAB I
Pendahuluan
A.
Latar Belakang
Istilah model
dapat diartikan sebagai tampilan grafis, prosedur kerja yang teratur atau
sistematis, serta mengandung pemikiran bersifat uraian atau penjelasan berikut
saran. (Prinsip Disain Pembelajaran, Dewi S P,2007; hal 33). Sehingga model
pembelajaran adalah tampilan ataupun prosedur untuk proses pembelajaran yang
mengandung pemikiran bersifat uraian atau penjelasan.
Dari uraian
diatas dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran sangatlah membantu pendidik
saat akan memulai kegiatan belajar pembelajaran. Pendidik akan lebih mudah saat
dimulainya kegiatan pembelajaran karena sudah menentukan model pembelajaran
yang akan digunakan.
Begitu pula
dengan pebelajar, mereka akan lebih mudah memahami materi yang disampaikan oleh
pendidik karena materi yang disampaikan sudah memiliki landasan, dan kegiatan
pembelajaran yang akan dilaksanakan juga sudah memiliki tujuan yang ingin
dicapai,sehingga apabila dalam evaluasinya tujuan pembelajaran gagal maka model
pembelajaran yang digunakan belum efektif bagi pendidik maupun pebelajar.
Pendidik
seharusnya memahami terlebih dahulu tujuan dan maksud dari model akan
digunakan, pendidik pun harus mengetahui terlebih dahulu cara pemakaian dan
langkah-langkah penggunaan suatu model pembelajaran yang benar.
Tetapi
belakangan ini model pembelajaran yang berkembang hanya melihat sisi dari anak
didik, kemampuan anak didik yang begitu dipentingkan, sehingga model-model yang
berkembang kurang memperhatikan faktor sosial anak didik tersebut. Beberapa
model lebih menekankan keaktifan dan kreatifitas pebelajar untuk menghasilkan
produk yang kreatif dari anak itu sendiri. Dengan tuntutan itu maka alhasil
pebelajar lebih fokus kepada dirinya sendiri, tetapi kurang fokus terhadap lingkungannya.
Sehingga menjadi manusia yang individual dan mengesampingkan nilai-nilai sosial
di masyakarat sekitarnya. Tata krama dan sopan santun pun kurang dipelajari
pada model-model sebelumnya, sehingga pengetahuan pebelajar tentang sosialitas
rendah.
Karena hal ini
penulis mencoba untuk membuat suatu model pembelajaran yang bertujuan agar
pebelajar aktif kreatif dan inovatif tetapi tetap memiliki jiwa sosial.
B.
Rumusan Masalah
1.
Apa itu model
pembelajaran ASIK ?
2.
Bagaimana
langkah-langkah menggunakan model pembelajaran ASIK ?
3.
Bagaimana
aplikasi model pembelajaran ASIK ?
4.
Kelemahan dan
kelebihan model pembelajaran ASIK ?
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Model
Pembelajaran ASIK
Model
pembelajaran ASIK adalah model pembelajaran yang bertujuan untuk mengeksplorasi
pebelajar agar menjadi aktif, kreatif dan inovatif tetapi tetap memiliki jiwa
sosial dalam masyarakat sekitarnya.
Landasan sosial
yang diterapkan menurut teori sosiokultural (Vygotsky) dalam teori ini lebih
menjelaskan tentang bagaimana seseorang hidup dilingkungan sosial masyarakat.
Pada teori
sosiokultural pebelajar lebih didekatkan pada lingkungan sosialnya, seperti
saat memecahkan masalah mereka harus berdiskusi agar tercipta solusi secara
bersama-sama. Dengan adanya system berkelompok dalam proses pembelajaran
tersebut menimbulkan keakraban sosial antar pebelajar, sehingga jiwa sosial
pebelajar tumbuh di dalam proses pembelajar.
Tujuan utama dalam proses pembelajaran pada model ASIK ini adalah
1.
Siswa aktif
saat mengikuti proses pembelajaran, sehingga tidak hanya pendidik saja yang
aktif.
2.
Siswa menjadi
seorang yang berpikir kreatif, berpikir kreatif disini sesuai kemampuannya,
setiap pebelajar pastilah memiliki kelebihan masing-masing.
3.
Siswa menjadi
orang yang inovatif dalam menciptakan suatu hasil pemikirannya sesuai dengan
apa yang pebelajar pahami saat proses pembelajaran.
4.
Siswa menjadi
makhluk sosial yang mengenal lingkungan sekitarnya baik tata krama, sopan
santun maupun adat istiadat.
Menurut
Utami Munandar (1998:70) sikap kreatif dioperasionalkan dalam dimensi sebagai
berikut:
-
Keterbukaan terhadap
pengalaman baru
-
Kelenturan dalam
berpikir
-
Kebebasan dalam
ungkapan diri
-
Mengargai fantasis
-
Minat terhadap kegiatan
kreatif
-
Kepercayaan terhadap
gagasan sendiri
-
Kemandirian dalam
memberi pertimbangan
Cara
mengajarkan kreatif menurut Yatim Riyanto (2010:231) antara lain:
-
Menolong peserta didik
mengenal masalah-masalah untuk dipecahkan
-
Menolong peserta didik
menemukan informasi, pengertian-pengertian, asas-asas, dan metode-metode yang
perlu untuk memecahkan masalah
-
Menolong peserta didik
merumuskan dan membatasi masalah
-
Menolong peserta didik
untuk menelaah dan kemudian menerapkan informasi, pengertian, asas-asas dan
metode-metode itu pada maslah tersebut untuk memperoleh kemungkinan-kemungkinan
pemecahan (hipotesis)
-
Mendorong siswa
merumuskan dan menguji hipotesis-hipotesis itu untuk memperoleh pemecahan
masalah
-
Mendorong siswa
mengadakan penemuan dan penilaian sendiri secara bebas
Model muncul
karena akhir-akhir ini masyarakat kurang mempelajari rasa sosial antar
lingkungannya karena tuntutan dunia global (globalisasi). Model-model
sebelumnya yang diciptakan hanyalah mengasah anak dengan apa yang sudah ia
punya. Seperti kekreatifitasan anak begitu di tuntut. Keaktifan seorang anak
juga begitu dipentingkan pada model-model sebelumnya. Tetapi dalam kenyataannya
model-model pembelajaran itu malah membuat pebelajar menjadi orang yang
individual, yang tidak mementingkan hak orang lain. Individual dalam beberapa
sisi itu baik, tetapi apabila seseorang berlebihan memiliki sikap individual
maka hasilnya adalah orang tersebut menjadi egois dan kurang menghargai adat
istiadat (kebisaaan) lingkungan dimana ia tinggal. Seorang tersebut lebih
mementingkan apa yang menguntungkan dia dan mengesampingkan kegiatan untuk
orang banyak (sosial).
Diharapkan
dengan model pembelajaran ASIK ini proses pembelajaran dapat berjalan dengan
rasa kekeluargaan. Baik pendidik maupun pebelajar dapat tetap aktif dan kreatif
tetapi tetap menanamkan faktor sosial dalam pembelajaran tersebut.
Dampak Instruksional yang dapat
dicapai melalui model pembelajaran ASIK ini adalah :
1. Siswa menjadi aktif saat proses pembelajaran, sehingga pebelajar
dapat memberikan pendapat atau saran untuk pembelajaran yang diberikan
pendidik.
2. Siswa menjadi kreatif di dalam pemikirannya, sehingga saat proses
pembelajaran berlangsung banyak sekali ide-ide yang akan muncul dari pebelajar
untuk membangun suatu proses pembelajaran menjadi lebih baik.
3. Siswa menjadi lebih inovatif untuk menciptakan suatu ide-ide yang
belum ada dan merealisasikan kekreatifannya itu dengan munculnya inovasi baru.
4. Siswa menjadi sosiatif, dalam proses pembelajaran tetap terjalin
rasa kekeluargaan dengan teman sebaya maupun dengan pendidik, agar budaya tidak
luntur.
Dampak
pengiring (nurturant effects), dengan adanya
model pembelajaran ASIK ini diharapkan siswa itu berprestasi disisi
interpersonalnya tetapi tetap memiliki rasa sosial yang tinggi.
B.
Langkah-Langkah
Model ASIK
Langkah-langkah menggunakan model ini agar berjalan sesuai dengan
tujuan adalah :
1.
Analisis
Pebelajar
Hal yang paling utama saat akan memulai proses pembelajaran adalah
seorang pendidik harus menganalisis siapa yang akan menerima pembelajaran
(pebelajar) karena analisis merupakan hal yang sangat penting menentukan model
yang digunakan. Dalam analisis terdapat beberapa yang perlu diketahui antara
lain karakteristik pebelajar dan kemampuan dasar yang dimiliki pebelajar.
Dengan kedua hal tersebut maka pendidik dapat menentukan model dan strategi apa
agar proses pembelajaran berhasil.
2.
Eksplorasi
Eksplorasi disini adalah memberikan kebebasan kepada pebelajar
tentang apa saja yang ia ketahui dan memberikan kesempatan kepada mereka yang
ingin bertanya saat wawancara, diskusi ataupun studi lapangan yang diadakan
agar potensi kemampuan skill mereka terasah dengan keberanian bertanya sesuai
kemampuan dan daya pikir mereka masing-masing. Pada tahap ini peran seorang
pendidik adalah memberikan tanggapan, saran dan kebenaran yang pasti agar
pengetahuan yang mereka tanamkan tidak salah pengertian.
3.
Diskusi
Diskusi adalah suatu kegiatan (cara) dimana pebelajar saling
bertukar pikiran antar pebelajar yang memiliki perbedaan pandangan baik
pemikiran maupun pemecahan solusi yang berbeda-beda, tetap dengan adanya
pengelompokkan akan menjadi satu tujuan diatas perbedaan pemikiran.
4.
Evaluasi
Pada tahap ini pebelajar harus memiliki pokok pemikiran ide yang
diambil dari berbagai kegiatan dan materi yang
telah disampaikan dan pada materi tersebut pebelajar bekerja sama dengan
temannya untuk menciptakan suatu inovasi pembelajar terbaik untuk mereka
sendiri.
A.
Aplikasi Model
Pembelajaran ASIK
Penerapan model
pembelajaran ini cukuplah mudah tetapi evaluasi yang diharapkan belum tentu
semudah menggunakannya. Pada model ini dikatakan berhasil atau tidaknya
tergantung pada pendidik dan pebelajar, apabila pendidik benar dalam memberikan
arahan dan perannya saat memberikan materi maka proses pembelajaran dapat
berjalan sesuai rencana. Fungsi kontroling seorang pendidik juga sangatlah
penting, ini disebabkan karena model pembelajaran ASIK lebih banyak menggunakan
diskusi, tanya jawab dan sebagainya yang dapat membuat pebelajar riuh saat
proses pembelajaran ini, apabila pendidik tidak mengontrol jalannya pembelajaran
seperti ini maka akan terjadi perbedaan persepsi dan kesalahpahaman
masing-masing pebelajar.
Peran pebelajar
juga sangat menentukan, pebelajar dituntut untuk aktif, kreatif dan inovatif
tetapi tetap memiliki jiwa sosial di lingkungannya, hal ini cukup sulit karena
belakangan ini pebelajar yang dikatakan aktif, kreatif dan inovatif cenderung
menutup diri untuk lingkungannya, apalagi ada temannya yang kurang paham dan
bertanya maka si pebelajar tadi tidak mau memberikan jawaban yang benar ataupun
cara yang tepat. Karena menurutnya ilmu yang ia dapat secara tidak mudah itu
tidak akan dibagikan kepada temannya semudah itu, konsep yang ia bangun seperti
itu sering membuat seseorang menjadi bersifat individual dan egois. Teman
dianggap sebagai lawannya dalam memperoleh ilmu dan nilai.
Maka dari itu
pada penggunaan model ini pebelajar diajarkan untuk tidak egois dan individual
tetapi tetap memiliki jiwa sosial. Sikap individual dapat diterapkan pada saat
test ataupun evaluasi proses pembelajaran.
Prosedur pelaksanaan pembelajaran untuk model pembelajaran ASIK ini
adalah :
1.
Analisis
Pebelajar
Pendidik menganalisis pebelajar, berapa umur rata-rata mereka,
karakteristik mereka dan kemampuan dasar setiap pebelajar agar mudah untuk
menentukan strategi yang akan digunakan.
2.
Eksplorasi
Pendidik memancing suatu masalah yang terkait dengan materi
pembelajaran kemudian memberikan kesempatan kepada pebelajar untuk menyampaikan
apa yang ia tangkap dari masalah yang diciptakan pendidik itu untuk diulas dan
diselesaikannya. Setiap pebelajar pasti memiliki perbedaan pendapat, dan
seorang pendidik harus memakluminya.
3.
Diskusi
Karena adanya perbedaan pendapat dari pebelajar maka diadakan
diskusi pengelompokkan pebelajar, pengelompokkan ini beranggotakan pebelajar
yan memiliki berbagai pemikiran tersebut, bukan yang satu pemikiran sehingga
nanti akan muncul satu kesepahaman antar mereka yang memiliki perbedaan
konseptual.
4.
Evaluasi
Setelah terjadi diskusi maka akan ada hasil dari diskusi tersebut.
Hasil dari diskusi disebut dapat dipaparkan dan diberikan alasannya mengapa
pebelajar menggunakan pemikiran tersebut, sehingga pemikiran tersebut memiliki
landasan yang kuat agar tidak mengembang informasi yang disampaikan.
B.
Kelebihan dan
Kelemahan Model Pembelajaran ASIK
Kelebihan Model Pembelajaran ASIK :
1.
Pebelajar tetap
menjadi aktif, kreatif dan inovatif tetapi ditambah dengan nilai-nilai budaya
(jiwa sosial).
2.
Pebelajar
menjadi lebih bisa mengeksplor kemampuannya tetapi tidak dipandang sebelah mata
oleh masyarakat sekitarnya.
3.
Pebelajar lebih
tahu arti dari nilai-nilai sosial yang terkandung di lingkungan sekitarnya.
4.
Pebelajar akan
mendapatkan suatu pembelajaran yang menghasilkan karya dari dirinya sendiri.
5.
Dengan
pembelajaran ini pendidik lebih memahami sifat masing-masing pebelajar.
Kelemahan Model Pembelajaran ASIK :
1.
Apabila
pebelajar memiliki sifat individual yang sangat kuat maka proses pembelajaran
ini akan sia-sia dan tidak tercapai sesuai harapan.
2.
Pendidik lebih
sulit mengontrol kegiatan belajar karena banyaknya pandangan dari masing-masing
pebelajar.
3.
Model ini akan
berhasil jika ada kerjasama yang kuat antara pendidik dan masing-masing
pebelajar.
BAB III
PENUTUP
Model
pembelajaran ASIK adalah model
pembelajaran yang bertujuan untuk mengeksplorasi pebelajar agar menjadi aktif,
kreatif dan inovatif tetapi tetap memiliki jiwa sosial dalam masyarakat
sekitarnya. Model ini
tidak hanya menuntut pebelajar pintar untuk dirinya sendiri tetapi juga pintar
dalam hubungan sosial dengan masyarakatnya.
Model pembelajaran ini berlandaskan pada teori
Sosiokultural (Vygotsky) yang lebih menekankan pada hubungan sosial dengan
masyarakat. Tetapi perbedaannya model ini dengan model lainnya adalah model ini
tetap menjunjung bakat dan kemampuan yang dimiliki tiap-tiap pebelajar tetapi mempersatukan
perbedaan tersebut dengan mendiskusikannya dan menjadikan itu sebagai hasil
inovasi bagi mereka.
Langkah-langkah penggunaan model ini adalah :
1.
Analisis
Pebelajar
Seorang pendidik harus menganalisis siapa yang akan menerima
pembelajaran (pebelajar) karena analisis merupakan hal yang sangat penting
menentukan model yang digunakan. Dalam analisis terdapat beberapa yang perlu
diketahui antara lain karakteristik pebelajar dan kemampuan dasar yang dimiliki
pebelajar.
2.
Eksplorasi
Memberikan kebebasan kepada pebelajar tentang apa saja yang ia
ketahui dan memberikan kesempatan kepada mereka yang ingin bertanya saat
wawancara, diskusi ataupun studi lapangan yang diadakan agar potensi kemampuan
skill mereka terasah dengan keberanian bertanya sesuai kemampuan dan daya pikir
mereka masing-masing.
3.
Diskusi
Suatu kegiatan (cara) dimana pebelajar saling bertukar pikiran
antar pebelajar yang memiliki perbedaan pandangan baik pemikiran maupun
pemecahan solusi yang berbeda-beda, tetap dengan adanya pengelompokkan akan
menjadi satu tujuan diatas perbedaan pemikiran.
4.
Evaluasi
Pada tahap ini pebelajar harus memiliki pokok pemikiran ide yang
diambil dari berbagai kegiatan dan materi yang
telah disampaikan dan pada materi tersebut pebelajar bekerja sama dengan
temannya untuk menciptakan suatu inovasi pembelajar terbaik untuk mereka
sendiri.
Daftar Pustaka
Utami
Munandar. 1998. Pengembangan Kreativitas
Anak Berbakat. Jakarta: Rineka Cipta.
Yatim Riyanto. 2010. Paradigma Baru Pembelajaran. Jakarta: Kencana
Salma Dewi.2007.Prinsip
Disain Pembelajaran.Jakarta: Kencana.
0 komentar:
Posting Komentar