A. Hubungan
pendidikan komparatif dengan Metodologi
Pendidikan komparatif sebagai disiplin ilmu
terus menunjukan perkembangan. Sejalan dengan itu pula, pendidikan komparatif banyak
diminati orang dari berbagai aspek kependidikan, dengan tujuan untuk
mempelajari sistem pendidikan di tempat lain, agar hal positif dari sistem
pendidikan di tempat lain dapat diadopsi dan diterapkan dalam tempatnya
sendiri.
Kalau
kita pertanyakan adakah hubungan antara pendidikan komparatif dengan
metodologi, tentu ada keterkaitan diantara keduanya. Seperti yang sudah
dijelaskan di atas, bahwa tujuan pelaksanaan pendidikan komparatif yakni
mempelajari sistem pendidikan di tempat lain itu melewati proses pengamatan
yang membutuhkan metode-metode yang cocok untuk digunakan. Diperkuat lagi
dengan pernyataan bahwa pendidikan komparatif diminati banyak orang dari ahli
dalam bidangnya pendidik, sampai pejabat-pejabat dalam perencanaan dan
kerjasama regional dan internasional dalam bidang pendidikan. Atas dasar
kenyataan ini, maka pendidikan perbandingan membutuhkan metode-metode yang
bervariasi sesuai dengan permasalahan yang dihadapi.
Dari
penjelasan di atas dapat kita simpulkan bahwa metode pendidikan perbandingan
adalah cara apa yang diterapkan oleh disiplin pendidikan perbandingan dalam
menyusun dan mengkaji objek atau sasaran yang menjadi bidang
garapannya.Metodologi tidak lebih dari pengkajian terhadap aturan
langkah-langkah dalam melaksanakan metode ilmiah.
B. Metode-Metode
Studi dalam Komparasi Pendidikan
Sebagaimana
ilmu-ilmu lain, ilmu pendidikan komparatif memiliki banyak kemungkinan
metodologi yang dapat digunakan untuk keperluan studi ini. Menurut Debold Van
Dalen dalam “Understanding Educational Research”
(Arif Rahman, 2010:98) menyebutkan metode ilmiah yang lazim digunakan dalam
studi-studi pendidikan komparatif adalah : (1) historis,(2) deskriptif, (3)
eksperimen, (4) filosofis.
1.
Metode Historis
Metode historis ini
digunakan untuk menemukan fakta-fakta pendidikan yang sudah lampau dalam rangka
mencari keterkaitan dengan kondisi pendidikan sekarang. Metodologi historis
dalam pendidikan adalah suatu wahana sitematis, serta objektif, menilai, dan
menafsirkan bukti-bukti tentang kejadian-kejadian pendidikan masa lampau untuk
dapat dimengerti pada masa sekarang (Imam Barnadib, 1988:133). Seperti pendapat
yang dikemukakan I.L. Kandel bahwa “pendidikan
perbandingan itu mempelajari pendidikan waktu sekarang dengan mengingat latar
belakang historisnya”(Arif Rahman, 2010:99).
Bagi pendidikan
perbandingan metode Historis dapat digunakan untuk memenuhi sebagian dari
kebutuhannya, yaitu mengenai latar belakang historisnya atau bila yang
diperbandingkan itu mengenai sejarah pendidikan negeri-negeri tertentu (Chalidjah
Hasan,1994:35).
Contoh
penerapan metode historis ini misalnya dapat digunakan untuk mengungkapkan
fenomena pendidikan Indonesia pada era kolonial terutama yang dilakukan oleh
tokoh-tokoh pergerakan dalam menanamkan nasionalisme Indonesia. Kemudian dari
keterangan tersebut dijadikan acuan dalam membangun pendidikan Indonesia
sekarang maupun masa yang akan datang agar menjadi lebih baik lagi.
Jalan yang ditempuh
oleh metode historis ini adalah:
a. Memilih
problem yang akan diteliti
b. Mengumpulkan
sumber-sumber bahan (sources materials)
c. Penilaian dan pengujian sumber-sumber data
yang terkumpul, kemudian dilanjutkan penyajian
d. Menentukan
hipotesis untuk menjelaskan hakekat dari fenomena-fenomena pendidikan yang
sudah lampau
e. Melakukan
penafsiran atas bahan-bahan yang telah terkumpul secara mendalam atau juga
penyusunan bahan-bahan
f. Menyimpulkan
dan membuat laporan mengenai temuan-temuannya (Arif Rahman, 2010:99).
Sumber
bahan yang paling dekat dalam penelitian dengan metode historis adalah
dokemen-dokumen, antara lain seperti :
a. Peninggalan
material :fosil, piramida, senjata, perkakas rumah tangga, perhiasan, bangunan,
benda-benda budaya
b. Peninggalan
tertulis : papyrus, daun (lontar ) bertulis, kronik, relief, candi, catatan
khusus, buku harian, arsip negara, dll
c. Peninggalan tak tertulis : adat istiadat,
bahasa, dongeng, dan kepercayaan (Arif Rahman, 2010:99).
Namun,
terdapat kelemahan dan kelebihan dari
penerapan metode historis. Kelemahannya pemakaian metode ini bergantung pada
peristiwa masa lampau, dimana sumber-sumber yang dibutuhkan belum pasti masih
ada atau tidak keberadaannya. Sedangkan kelebihannya kita dapat mengetahui
perkembangan pendidikan dari masa lampau hingga sekarang dengan melibatkan
beberapa variabel yang dilihat secara holistik.
2.
Metode Deskriptif
Metode
deskriptif dilakukan dengan cara menggambarkan dan menguraikan apa adanya yang
terjadi pada objek yang diteliti secara mendetail. Jadi, tujuan utama
metodologi deskriptif adalah menerangkan apa adanya (Imam Barnadib, 1988:131).
Metode penelitian jenis dekriptif ini mencakup beberapa metode, antara lain
(Arif Rahman, 2010:100): (1) studi kasus; (2) survey, (3) studi perkembangan,
(4) studi tindak lanjut, (5) analisis dokumen, (6) studi korelasi, dan (7)
studi aliran atau trend.
Metode
deskriptif dalam pendidikan komparatif bertujuan untuk menggambarkan suatu
fakta-fakta pendidikan baik dalam satu negara maupun antar negara. Bisa
menyangkut sistem pendidikan secara umum maupun menyangkut bagian per bagian
dalam sistem pendidikan, misalnya: kurikulumnya, kondisi siswanya, tenaga
kependidikannya, pendanaanya, dll (Arif Rahman, 2010:100).
3.
Metode Eksperimen
Metode
eksperimen merupakan salah satu metode dalam penelitian ilmiah yang dilakukan
dengan cara menspesifikasi obyek yang diteliti melalui tindakan mengeliminasi variabel-variabel yang ada dari
variabel lain. Dengan kata lain metode eksperimen dilakukan dengan cara mendudukan obyek
penelitian yang spesifik dalam suatu totalitas yang terkontrol (Arif Rahman,
2010:100).
Tujuan
utama metodologi eksperimen adalah untuk menentukan apa yang dapat terjadi dari
percobaan yang telah dilakukan. Misalnya, pengaruh peningkatan pendanaan
terhadap peningkatan mutu sekolah, pengaruh penggunaan metode tugas terhadap
peningkatan prestasi belajar,dll.
Pada
metode eksperimen ini ada kelemahannya dimana kejadian atau peristiwa yang
diteliti dirancang dan direkayasa oleh peneliti sendiri, tidak berdasarkan
kenyataan. Sedangkan kelebihan yang ada dalam metode ini adalah Menambah
keaktifan untuk berbuat dan memecahkan sendiri sebuah permasalahan.
4.
Metode Filisofis
Berfikir
filosofis adalah tindakan berfikir yang mendasar, sistematis, dan universal.
Dalam hal ini metode filosofis berusaha menemukan prinsip-prinsip atau
konsep-konsep yang mendasar tentang sistem pendidikan disuatu negara atau beberapa negara. Dengan
metode filosofis ini, akan dapat ditemukan sekaligus dipahami aneka sistem dan
praktek pendidikan secara mendalam dan menyeluruh beserta alasan dan
pertimbangan rasionalnya (Arif Rahman, 2010:100).
Pada
hakekatnya metode filosofis terdiri dari dua jenis analisa yaitu analisa linguistik dan analisa konsep. Analisa linguistik yang dapat disebut
sebagai analisa bahasa, berusaha untuk menemukan makna sesunggunya dari
sesuatu. Misalnya, tentang mencari perbandingan antara filsafat pendidikan dan
filsafat pendidikan guru. Kemudian terdapat titik terang bahwa filsafat
pendidikan guru merupakan bagian dari filsafat pendidikan (Imam Barnadib,
1988:149). Analisa Konsep atau
analisa aliran digunakan untuk
mempelajari kecepatan dan arah perubahan-perubahan dan menggunakan kesemuanya
ini untuk memperkirakan atau meramalkan keadaan yang akan datang. Misalnya,
pendidikan selaluberkepentingan dengan manusia. Maka dari hal ikhwal yang
mengenai kependudukan akan memiliki permasalahan kuantitatif dalam bidang
pendidikan (Imam Barnadib, 1988:159).
5.
Metode Ex Post Facto
Metode
Ex Post Facto dikemukan oleh Donald
Ary dan kawan-kawan dalam “Introduction
to Research in Education” (Arif Rahman, 2010:100). Metode ilmiah yang
berjenis ex post facto dilakukan
dengan cara melihat obyek spesifik yang diteliti yang sudah dieliminasi dari
variabel atau faktor lain tetapi tidak melalui percobaan-percobaan yang
dilakukan peneliti, akan tetapi melalui kejadian-kejadian yang sudah terjadi di
masyarakat.
Jenis
penelitian ex post facto ini
sebenarnya sama dengan jenis penelitian eksperimental, perbedaanya ex post factoobjek kejadiannya sudah
terjadi. Sedangkan pada eksperimental kejadiannya dirancang dan direkayasa oleh
peneliti sendiri (Arif Rahman, 2010:101).Kelebihan yang dimiliki metode ini
adalah Peneliti dapat melihat akibat dari suatu fenomena dan menguji hubungan
sebab akibat dari data-data yang tersedia. Dan kelemahannya penelitian tersebut
tidak mempunyai kontrol terhadap variabel bebas. Peneliti hanya berpegang pada
penampilan variabel sebagaimana adanya, tanpa kesempatan mengatur kondisi
ataupun mengadakan manipulasi terhadap beberapa variabel.
Menurut
Imam Barnadib yang mengutip pendapat George ZF.Bereday, ada dua metode yang
digunakan dalam studi perbandingan, yaitu (Arif Rahman,2010:102) :
6.
Metode Area
Metode
Area dapat dilakukan pada satu desa (village)
atau propinsi (province)tertentu
bahkan dapat lebih luas lagi yaitu negara. Studi area dapat dilakukan dengan
cara : (a) studi latar belakang negara, (b) deskripsi sistem pendidikan pada
masing-masing negara tersebut, (c) menarik interprestasi.
7.
Metode Komparasi
Metode
komparasi, yaitu metode yang dilakukan dengan area wilayahyang lebih sempit
misalnya hanya dua desa atau propinsi atau kawasanatau negara tetapi dengan
tekanan pada studi yang mendalam.
C. Pengembangan
Metode dalam Melakukan Komparasi Pendidikan
Keragaman
metode yang dipakai dalam melakukan studi komparasi pendidikan telah mendorong
beberapa ahli untuk mengembangkan satu metode yang secara relatif lebih
spesifik dapat digunakan lebih efektif untuk melakukan studi komparasi
pendidikan. Beberapa metode sebaimanatelah disebutkan memiliki kelebihan yang
beragam sekaligus kelemahannya. Untuk itu George ZF.Bereday sebagai profesor di
bidang Pendidikan Komparatif dari Colombia University Amerika Serikat
mengembangkan satu metode disebut dengan metode Induktif komparasi, yang
memiliki langkah-langkah prosedural meliputi :
1. Penggalian
data
Penggalian data yang
baik adalah dengan cara datang ke lokasi penelitian lalu tinggal beberapa waktu
di lokasi tersebut agar bisa memperoleh lebih lengkap data yang dicari.
2. Deskripsi
data
Pendeskripsian data
dilakukan dengan cara menyajikan semua data yang diperoleh menurut
kelompok-kelompok data berdasarkan klasifikasi yang dibuat dalam bentuk
tabel,teks atau uraian, serta peta.
3. Interprestasi
Setelah data-data
disajikan menurut pengelompokannya maka langkah selanjutnya yakni interprestasi
atau penafsiran atas data yang telah tersaji. Upaya penafsiran data ini di
lakukan dengan cara melakukan analisis konteks, baik analisis aspek
historis,politik, ekonomi, maupun aspek sosial kemudian dikaitkan (Arif Rahman,
2010:105).
4. Juxtaposisi
atau komparasi awal
Pada tahap ini
dilakukan penyusunan kerangka kerja perbandingan secara umum dan penentuan
dimensi-dimensi komparasi yaitu menentukan hal-hal yang akan dikomparasikan.
5. Perumusan
hipotesis
Kegiatan ini merupakan
cara untuk menemukan hasil komparasi yang masih bersifat sementara setelah
peneliti melakukan kegiatan juxtaposisi. Perumusan hipotesis komparasi berisi
pernyataan-pernyataan perbandingan pendidikan antara dua daerah atau negara
yang diperbandingkan, baik berupa persamaan maupun berupa perbedaan.
6. Komparasi
Final
Kegiatan komparasi
final dilakukan dengan cara menganalisis secara cermat dan mendalam
perbandingan pendidikan antara dua daerah atau negara dalam rangka mencari dan
menemukan dua hal, yaitu : persamaan dan pertidaksamaan. Penemuan persamaan
akan melahirkan generalisasi dan penemuan ketidaksamaan akan memunculkan
tipologi.
7. Kesimpulan
Kesimpulan merupakan
akhir semua proses penelitian induktif komparasi yang menghasilkan kesimpulan
berupa generalisasi dan tipologi yang diperoleh.
BAB III
PENUTUP
PENUTUP
Penjelasan
di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa metode-metode dalam pendidikan
komparatif memiliki berbagai variasi. Hal ini disebabkan karena pendidikan
komparatif tidak hanya berkembang pada
satu ilmu kependidikan saja, tetapi juga mencakup beberapa aspek kependidikan
yang lainnya. Terdapat delapan metode yang lazim
digunakan dalam studi penelitian pendidikan perbandingan, yang mana delapan
metode tersebut memiliki ruang lingkup pemecahan masalah yang berbeda-beda.
Penggunaan masing-masing metodenya pun sesuai dengan permasalahan yang akan
diteliti.
Delapan
metode tersebut dikemukakan oleh ahli-ahli yang berbeda. Metode Historis,
deskriptif, eksperimen dan filosofis dikemukakan oleh Debold Van Dalen. Metode
Ex postfacto dikemukakan oleh Donald Ary, sedangkan metode Area dan Komparasi
dicetuskan oleh Imam Barnadib yang mengutip pendapat dari George ZF. Bereday.
George ZF.Bereday sendiri mengembangkan keragaman metode-metode tersebut yang
menghasilkan metode induktif komparatif.
DAFTAR
PUSTAKA
Arif
Rahman.2010. Pendidikan Komparatif.
Yogyakarta: Laksbang Grafika.
Chalidjah
Hasan.1994. Kajian Pendidikan
Perbandingan. Surabaya: Al-Ikhlas.
Imam Barnadib. 1988. Pendidikan Perbandingan Buku 1 Dasar-Dasar. Yogyakarta: Andi Offset
Yogyakarta.
Imam Barnadib. 1986. Pendidikan Perbandingan Buku Dua. Yogyakarta: Andi Offset
Yogyakarta.
http://blog.uin-malang.ac.id/muttaqin/2010/11/28/ diakses
pada hari Minggu 18 Oktober 2011
http://udhiexz.wordpress.com/2008/08/08/metode-demonstrasi-dan-eksperimen/ diakses
pada hari Minggu 18 Oktober 2011
selamat pagi pak.. saya mau bertanya.. buku referensi yang digunakan beli dimana yaa? saya membutuhkan untuk penelitian skripsi saya.. terima kasih..
BalasHapus