BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Pembelajaran
di perguruan tinggi tiap waktu pasti
mengalami perubahan. Kita sering mendengar bahwa pembelajaran di perguruan
tinggi harus student-centered tidak
boleh teacher centered. Dulu
perkuliahan memang masih menggunakan sistem yang tradisional. Ruang kuliah
waktu itu sering disebut auditorium yaitu tempat orang mendengarkan. Professor
atau dosen beraksi dengan kapurnya dan hanya dia yang berbicara dan menjelaskan
uraiannya di papan tulis. Memang sistem seperti ini membuat siswa pasif dan
kegiatannya hanya mendengarkan. Dengan sistem yang tradisional seperti itu
tentu banyak siswa yang bosan, mengantuk, tertidur bahkan membolos kuliah.
Namun kegiatan semacam itu terjadi di segala zaman.
Dalam
menerapkan pembelajaran student-center tidak boleh melupakan konsep dari
pembelajaran itu sendiri. Menurut Saijo (1979) konsep pembelajaran meliputi (1) Pembelajaran adalah
peningkatan pengetahuan secara kuantitatif dengan cara mencari dan menemukan
informasi atau “mengetahui lebih banyak”, (2) Pembelajaran merupakan
aktivitas mengingat, menyimpan, dan mereproduksi informasi, (3) Pembelajaran berarti
memperoleh fakta, ketrampilan dan metoda yang dapat disimpan dan digunakan, (4) Pembelajaran berarti
abstraksi makna dengan cara mencari keterkaitan antarbagian dari suatu subyek
dan keterkaitan hubungan antara subyek (atau bagiannya) dengan dunia nyata, (5) Pembelajaran merupakan
aktivitas pemaknaan dan pemahaman realitas dengan berbagai cara yang berbeda,
(6) Pembelajaran
merupakan kegiatan pemaknaan dunia nyata secara menyeluruh dengan cara menginterpretasi kembali pengetahuan yang
telah diperolehnya.
Pembelajaran
student-centered bisa diimplementasikan dalam banyak sistem dan model. Salah
satu model pembelajaran yang paling baru di era modern adalah menggunakkan
e-learning. E-learning merupakan praktek yang cocok dari penerapan pembelajaran
student center.
Pembelajaran
berbasis web yang popular dengan sebutan Web Based Education (WBE) atau kadang
disebut e-learning dapat didefinisikan sebagai aplikasi teknologi web dalam
dunia pembelajaran untuk sebuah proses pendidikan. Secara sederhana dapat
dikatakan bahwa semua pembelajaran dilakukan dengan memanfaatkan teknologi
internet dan selama proses belajar dirasakan terjadi oleh yang mengikutinya,
maka kegiatan itu dapat disebut sebagai pembelajaran berbasis web.
Kemudian,
yang ditawarkan oleh teknologi ini adalah kecepatan dan tidak terbatasnya
tempat dan waktu untuk mengakses informasi. Kegiatan belajar dapat dengan mudah
dilakukan oleh peserta didik kapan saja dan dimana saja dirasakan aman oleh
peserta didik tersebut. Batas ruang, jarak dan waktu tidak lagi menjadi masalah
yang rumit untuk dipecahkan.Untuk lebih jelasnya kami dari penyaji akan
mengupasnya dalam makalah ini. (Rusman, 2010:335)
B.
Rumusan Masalah
1. Apakah Student Centered Learning (SCL) itu ?
2. Bagaimana Penerapan e-Learning pada Student Centered Learning ?
3. Bagaimana dampak e-Learning pada Etika Pendidikan ?
C.
Tujuan Penulisan
1. Pengertian Student Centered Learning (SCL)
2. Penerapan e-Learning pada Student Centered Learning
3. Dampak e-Learning pada Etika Pendidikan
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Student Center Learning (SCL)
SCL merupakan aktivitas yang di dalamnya
mahasiswa bekerja secara individual maupun kelompok untuk mengeksplorasi
masalah, mencari pengetahuan secara aktif dan bukannya penerima pengetahuan
secara pasif (Harmon & Harumi, 1996).
(http://uripsantoso.files.wordpress.com/2011/06/my-sclslide1.ppt)
Pembelajaran yang berpusat
pada siswa adalah pembelajaran dengan menggunakan sepasang perspektif, yaitu
fokus pada individu pembelajar (keturunan, pengalaman, perspektif, latar
belakang, minat, kapasitas dan kebutuhan) dengan fokus pada pembelajaran
(pengetahuan yang paling baik tentang pembelajaran) dan bagaimana hal itu
timbul serta tentang praktek pengajaran yang paling efektif dalam meningkatkan
tingkat motivasi, pembelajaran, dan prestasi bagi semua pembelajar. Fokus ganda
ini selanjutnya memberikan informasi dan dorongan pengambilan keputusan
pendidikan.Perspektif yang berpusat pada siswa ini merupakan suatu refleksi
dari dua belas (12) prinsip psikologis pembelajaran berpusat pada siswa dalam
program, praktek, kebijakan dan orang-orang yang mendukung pembelajaran untuk
semua.
Berdasarkan prinsip dasar pembelajaran
berpusat pada siswa, maka untuk memberikan gambaran yang jelas tentang
perbedaan orientasi antara pembelajaran berpusat pada siswa dan pembelajaran
yang tidak berpusat pada siswa, diciptakan dua profil yang berlawanan yaitu :
a. Profil Pendidik dengan asumsi berpusat pada siswa
Semua siswa memiliki potensi untuk belajar.Dalam
rangka untuk memaksimalkan pembelajaran, kita perlu membantu para siswa merasa
nyaman mendiskusikan perasaan dan keyakinan mereka.Memperhatikan kebutuhan
sosial, emosional, dan fisik para siswa merupakan hal yang sangat penting harus
dimunculkan dalam pembelajaran. Membantu para siswa memahami bagaimana
keyakinan mereka terhadap diri mereka sendiri mempengaruhi pembelajaran, hal
ini sama pentingnya dengan membantu mereka dalam ketrampilan akademisnya. Para
siswa memiliki kemampuan alamiah untuk memperoleh pembelajaran sendiri.
Ketika para guru merasa rileks dan nyaman dengan diri
mereka sendiri, mereka memiliki akses untuk mencapai kebijaksanaan alamiah untuk
mengatasi berbagai kesulitan di dalam kelas.Kemauan untuk berhubungan dengan
masing-masing siswa merupakan suatu keunikan individual yang dapat
memfasilitasi pembelajaran. Guru perlu mendukung para siswa untuk memperoleh
minatnya masing-masing di sekolah dan mengkaitkan pembelajaran dengan situasi
kehidupan nyata mereka.
Menerima siswa dimanapun berada akan membuat mereka
lebih siap belajar. Guru memiliki keyakinan bahwa mereka mampu membuat suatu
perbedaan dengan semua siswa. Melihat sesuatu dari sudut pandang siswa
merupakan suatu kunci bagi kebaikan kinerja mereka di sekolah. Guru meyakini
bahwa mendengarkan siswa merupakan salah satu cara menolong mereka
menyelesaikan persoalan mereka sendiri.
b. Profil Pendidik dengan asumsi tidak berpusat pada
siswa
Guru berkeyakinan jika para siswa tidak dapat
mengerjakan tugas dengan baik, mereka (para siswa) harus kembali ke dasar dan
lebih banyak mengembangkan hafalan dan ketrampilan. Pekerjaan utama guru adalah
membantu siswa memenuhi standar kurikulum. Membiarkan mereka berjalan sendiri
merupakan satu hal yang tidak mungkin, karena kebanyakan siswa tidak dapat
dipercaya untuk belajar apa yang seharusnya mereka ketahui. Jika guru tidak
member arahan bagi siswa, maka siswa
tidak akan mendapat sesuatu jawaban yang benar. Mengetahui bahan
pelajaran dari guru merupakan kontribusi yang sangat penting, guru dapat
membuat siswa belajar.Guru yang baik selalu mengetahui lebih banyak dari
siswanya.
Banyak alasan yang kompleks mengapa para siswa
berperilaku tidak tepat.Selain itu, guru tidak dapat mempengaruhi sesuatu yang
terjadi di luar sekolah. Jika guru memberikan control yang ketat pada para
siswa, maka para siswa itu akan memperoleh banyak keuntungan dari guru. Agar
supaya siswa menghargai guru sebagai pengajar, maka sangat perlu mempertahankan
peran guru sebagai figure yang otoriter. Satu hal lagi yang paling penting ,
guru dapat mengajar para siswa bila mereka mengikuti aturan main dan
mengerjakan seperti apa yang diharapkan di dalam kelas. Kemampuan bawaan itu
sangat pasti dan beberapa siswa tidak dapat belajar sebaik siswa yang
lainnya.Beberapa siswa hanya tidak ingin belajar. Guru seharusnya tidak banyak
berharap dengan siswa yang secara terus menerus menimbulkan masalah di kelas.
Gurulah yang paling tahu apa yang dibutuhkan oleh para siswa dan apa yang
paling penting untuk para siswa. Para siswa seharusnya menggunakan kata-kata
yang diajarkan oleh guru, hal itu akan menjadi relevan dengan kebutuhan dalam
kehidupan siswa.
Kebanyakan guru tidak
menunjukkan karakteristik yang ekstrim pada satu profil, tetapi mereka memiliki
atribut pada kedua profil tersebut.Jadi, atribut tersebut bersifat kontinum.
Guru yang cenderung menunjukkan profil berpusat pada siswa umumnya mampu
berkomunikasi dan bekerja sama dengan lebih baik dengan para siswa. Guru-guru
ini cenderung mementingkan apa yang ingin dipelajari oleh para siswa, termasuk
dalam menentukan tujuan pembelajaran, dan mendorong siswa untuk belajar
mengambil tanggung jawab yang lebih besar dalam pembelajaran mereka, kadang
secara individual dan kadang-kadang dalam kerjasama kelompok. Guru-guru ini
lebih mampu menggambarkan bakat, kapasitas, dan kekuatan unik masing-masing
siswa yang membawa dorongan untuk pencapaian pembelajaran.Guru yang berpusat
pada siswa juga memiliki kemampuan untuk mengembangkan tidak hanya intelektual
siswa tetapi juga perkembangan sosial dan emosional dalam diri para siswa.(http://inparametric.com/bhinablog/download/pembelajaran_berbasis_scl.pdf)
Dalam suatu model
pembelajaran pastilah terdapat kelebihan dan kekurangannya.Hal ini juga terjadi
pasa Student Centered Learning.
-
Kelebihan dari
Student Centered Learning (SCL) adalah :
1.
Mengaktifkan
para mahasiswa dalam proses pembelajaran
2.
Mendorong para
mahasiswa untuk menguasai pengetahuan
3.
Mengenalkan
hubungan antara pengetahuan dengan dunia nyata (analitis, sintesis, artikulasi)
4.
Mendorong
terjadinya pembelajaran secara aktif dan berpikir secara kritis
5.
Mengenalkan
berbagai macam gaya belajar
6.
Memperhatikan
kebutuhan dan latar belakang pembelajar
7.
Memberi
kesempatan untuk pemberlakuan berbagai macam strategi assessment
-
Kekurangan
penggunaan Student Centered Learning (SCL) adalah :
1.
Lebih sulit
diimplementasikan bagi kelas besar
2.
Memerlukan waktu
lebih banyak bila dibandingkan cara kuliah
3.
Tidak efektif
untuk semua jenis kurikula
4. Ada keengganan atau penolakan mahasiswa untuk mencoba
cara pembelajaran seperti ini.
B.
Penerapan E-Learning pada
Student Center Learning
Salah satu contoh dari
pembelajaran yang menggunakan Student Centered Learning itu sendiri adalah
E-Learning.E-Learning termasuk dalam jenis Active Learning yang digunakan oleh
sebagian Perguruan Tinggi.
E-Learning
adalah pembelajaran jarak jauh (distance Learning) yang memanfaatkan
teknologi komputer, jaringan komputer dan/atau Internet. E-Learning
memungkinkan pembelajar untuk belajar melalui komputer di tempat mereka
masing-masing tanpa harus secara fisik pergi mengikuti pelajaran/perkuliahan di
kelas. E-Learning sering pula dipahami sebagai suatu bentuk pembelajaran
berbasis web yang bisa diakses dari intranet di jaringan lokal atau internet.
Secara sederhana dapat
dikatakan bahwa semua pembelajaran dilakukan dengan memanfaatkan teknologi
internet dan selama proses belajar dirasakan terjadi oleh yang mengikutinya,
maka kegiatan itu dapat disebut sebagai pembelajaran berbasis web.
Dalam pendidikan, e-learning
dapat diartikan pembelajaran
yang dilaksanakan dengan memanfaatkan fungsi internet dalam kegiatan
pembelajaran dengan menjadikan fasilitas elektronik sebagai media pembelajaran. Adapun beberapa pengertian e-Learning dalam Ilmu
Pendidikanadalah :
1.
E-Learning sebagai Pembelajaran jarak jauh yang berarti
bahwa E-learning Ilmu pendidikan memungkinkan pebelajar melakukan aktivitas
belajar tanpa ada interaksi fisik secara langsung dengan pengajar akan tetapi
melakukan kegiatan interaksi pembelajaran secara on-line dalam bentuk real-time
off-line dan mengakses arsip.
2.
E-Learning sebagai Pembelajaran dengan bantuan perangkat
komputer yang berarti bahwa E-Learning Ilmu pendidikan dilakukan dengan menggunakan atau
memanfaatkan media komputer yang dilengkapi dengan dengan perangkat multimedia,
koneksi Internet ataupun Intranet lokal.
3. E-Learning sebagai Pembelajaran
formal atau informal yang berarti bahwa E-learning Ilmu pendidikan dalam
pembelajarannya dapat dilakukan secara formal ataupun informal misalnya dengan
pembelajaran tetap memiliki kurikulum, silabus, mata pelajaran dan tes yang
sama dengan pembelajaran non e-learning akan tetapi memanfaatkan fasilits on
line. Sementara untuk pembelajaran informalnya melalui interaksi yang lebih
sederhana, seperti sarana mailing list, e-newsletter atau website.(http://elearningpendidikan.com/e-learning-ilmu-pendidikan.html)
Pemanfaatan
e-Learning untuk Pembelajaran
Menurut
Jaya Kumar C. Koran (2002), e-learning
adalah pembelajaran yang menggunakan rangkaian elektronik (LAN, WAN, atau internet) untuk menyampaikan isi
pembelajaran, interaksi, atau bimbingan. Adapula yang menafsirkan e-learning sebagai bentuk pendidikan
jarak jauh yang dilakukan melalui media internet.
Rosenberg (2001) menekankan bahwa e-learning merujuk pada penggunaan
teknologi internet untuk mengirimkan serangkaian solusi yang dapat meningkatkan
pengetahuan dan keterampilan. Hal ini senada dengan Campbell (2002), Kamarga
(2002) yang intinya menekankan penggunaan internet dalam pendidikan sebagai hakikat
e-learning.
Perbedaan Pembelajaran Tradisional
dengan e-learning, yaitu kelas
‘tradisional’, guru dianggap sebagai
orang yang serba tahu dan ditugaskan untuk menyalurkan ilmu pengetahuan kepada
pelajarnya. Sedangkan di dalam pembelajaran e-learning
fokus utama adalah pelajar. Pelajar mandiri pada waktu tertentu dan bertanggung
jawab untuk pembelajarannya. Suasana pembelajaran e-learning akan “memaksa” pelajar memainkan peranan yang lebih
aktif dalam pembelajarannya. Pelajar membuat perancangan dan mencari materi
dengan usaha dan inisiatif sendiri.
Cisco (2001) menjelaskan filosofis e-learning sebagai berikut :
Pertama,
e-learning merupakan penyampaian informasi, komunikasi, pendidikan, dan
pelatihan secara on-line.
Kedua,
e-learning menyediakan seperangkat
alat yang dapat memperkaya nilai belajar secara konvensional (model belajar
konvensional, kajian terhadap buku teks, CD-ROM, dan pelatihan berbasis
komputer) sehingga dapat menjawab tantangan perkembangan globalisasi.
Ketiga,
e-learning tidak berarti menggantikan
model belajar konvensional di dalam kelas, tetapi memperkuat model tersebut
melalui pengayaan content dan
pengembangan teknologi pendidikan.
Keempat,
kapasitas siswa amat bervariasi tergantung pada bentuk isi dan cara penyampaiannya.
Makin baik keselarasan antarkonten dan alat penyampai dengan gaya belajar, maka
akan lebih baik kapasitas siswa yang pada gilirannya akan memberi hasil yang
lebih baik.
Saat ini metode pembelajaran e-learning cukup digemari
dan menjadi salah satu pilihan dosen untuk mengajar mahasiswanya.E-learning
atau electronic learning adalah metode pembelajaran jarak jauh yang
memanfaatkan sarana teknologi berupa internet (via internet).Metode e-learning
ini biasanya gemar digunakan oleh dosen yang sibuk dan dosen-dosen di
universitas besar seperti UI, ITS, Unair, ITB dan UB.Hal ini dilakukan karena
metode pembelajaran ini tidak membutuhkan tatap muka (face to face) antara
mahasiswa dan dosen. Mahasiswa hanya diharuskan duduk di depan computer atau
laptop dan online di internet. Dosen benar-benar hanya berfungsi sebagai
mediator, fasilitator dan motivator. Dosen cukup memberikan modul perkuliahan
atau soal-soal tugas melalui email, dan mahasiswa benar-benar harus mencari
sumber atau data sendiri dari bahan kuliah atau tugas yang diberikan dosen.
Pengembangan
Model E-Learning
Pendapat Haughey (Rusman, 2007) tentang pengembangan
e-learning adalah ada tiga kemungkinan dalam pengembangan sistem pembelajaran
berbasis internet, yaitu web course, web centric course, dan web enchanced couse.
Web course adalah penggunaan internet untuk keperluan
pendidikan, yang mana mahasiswa dan dosen sepenuhnya terpisah dan tidak
diperlukan adanya tatap muka.Seluruh bahan ajar, diskusi, konsultasi,
penugasan, latihan, ujian dan kegiatan pembelajaran lainnya sepenuhnya
disampaikan melalui internet.Dengan kata lain, model ini menggunakan sistem
jarak jauh.
Web centric
course adalah penggunaan internet
yang memadukan antara belajar jarak jauh dan tatap muka (konvensional).Sebagian
materi disampaikan melalui internet, dan sebagian lagi melalui tatap muka.Dalam
model ini, dosen bisa memberikan petunjuk kepada mahasiswa untuk mempelajari
materi perkuliahan melalui web yang telah dibuatnya. Mahasiswa juga diberikan
arahan untuk mencari sumber lain dari situs-situs yang relevan. Dalam tatap
muka, mahasiswa dan dosen lebih banyak diskusi tentang temuan materi yang telah
dipelajari melalui internet tersebut.
Web
enhanced course adalah pemanfaatan internet untuk menunjang
peningkatan kualitas pembelajaran yang dilakukan di kelas. Fungsi internet
adalah untuk memberikan pengayaan dan komunikasi antara mahasiswa dan dosen,
sesama mahasiswa, anggota kelompok, atau mahasiswa dengan narasumber lain. Oleh
karena itu, peran dosen dalam hal ini dituntut untuk menguasai teknik mencari
informasi di internet, membimbing mahasiswa mencari dan menemukan situs-situs
yang relevan dengan bahan perkuliahan, menyajikan materi melalui web yang
menarik dan diminati, melayani bimbingan dan komunikasi melalui internet, dan
kecakapan lain yang diperlukan.
(Rusman, 2011:346)
Beberapa contoh pembelajaran yang menggunakan
e-Learning adalah :
a.
Pembelajaran
Jarak Jauh
Pembelajaran
jarak jauh adalah proses transfer
pengetahuan untuk pelajar (siswa) yang dipisahkan dari instruktur (guru) dengan
waktu dan / atau jarak fisik sehingga membuat penggunaan komponen teknologi,
seperti video, internet, CD, kaset, dan bentuk teknologi lainnya untuk mencapai
pembelajaran.
E-Learning memungkinkan pembelajar untuk menimba ilmu tanpa
harus secara fisik menghadiri kelas. Pembelajar bisa berada di Semarang,
sementara “instruktur” dan pelajaran yang diikuti berada di tempat lain, di
kota lain bahkan di negara lain. Interaksi bisa dijalankan secara on-line
dan real-time ataupun secara off-line atau archieved.
Pembelajar belajar dari komputer di kantor ataupun di rumah
dengan memanfaatkan koneksi jaringan lokal ataupun jaringan Internet ataupun
menggunakan media CD/DVD yang telah disiapkan. Materi belajar dikelola oleh
sebuah pusat penyedia materi di kampus/universitas, atau perusahaan penyedia
content tertentu. Pembelajar bisa mengatur sendiri waktu belajar, dan tempat
dari mana ia mengakses pelajaran.
Pada tingkat tinggi,
sistem telekomunikasi yang digunakan di kampus dan di luar kampus lebih
ekstensif. Ratusan perguruan tinggi menggunakan telekomunikasi sebagai bagian
dari program rutin. Tujuan umumnya adalah untuk menambah jumlah siswa yang
dapat dicapai oleh satu pengajar. Misalnya, untuk seorang profesor memberikan
materi dengan berbicara dari sebuah studio atau ruang kelas yang dilengkapi
kamera.
Pendidikan tinggi
adalah tingkat pendidikan yang mengikuti penyelesaian sekolah pendidikan
menengah seperti sekolah tinggi, sekolah menengah, atau olahraga. Pendidikan
tinggi biasanya diambil untuk mendapatkan gelar sarjana dan atau pascasarjana,
serta pendidikan kejuruan dan pelatihan. Penyempurnaan pendidikan tinggi
umumnya hasil dalam pemberian sertifikat , ijazah ,
atau gelar akademik.
b.
Pembelajaran
dengan perangkat computer
E-Learning disampaikan dengan memanfaatkan perangkat komputer. Pada
umumnya perangkat dilengkapi perangkat multimedia, dengan cd drive dan
koneksi Internet ataupun Intranet lokal. Dengan memiliki komputer yang
terkoneksi dengan intranet ataupun Internet, pembelajar dapat berpartisipasi
dalam e-Learning. Jumlah pembelajar yang bisa ikut berpartisipasi tidak
dibatasi dengan kapasitas kelas. Materi pelajaran dapat diketengahkan dengan
kualitas yang lebih standar dibandingkan kelas konvensional yang tergantung
pada kondisi dari pengajar.
c.
Pembelajaran
Formal vs Informal
E-Learning bisa mencakup pembelajaran secara
formal maupun informal. E-Learning secara formal, misalnya adalah
pembelajaran dengan kurikulum, silabus, mata pelajaran dan tes yang telah
diatur dan disusun berdasarkan jadwal yang telah disepakati pihak-pihak terkait
(pengelola e-Learning dan pembelajar sendiri). Pembelajaran seperti ini
biasanya tingkat interaksinya tinggi dan diwajibkan oleh perusahaan pada
karyawannya, atau pembelajaran jarak jauh yang dikelola oleh universitas dan
perusahaan-perusahaan (biasanya perusahan konsultan) yang memang bergerak di
bidang penyediaan jasa e-Learning untuk umum. E-Learning bisa
juga dilakukan secara informal dengan interaksi yang lebih sederhana, misalnya
melalui sarana mailing list, e-newsletter atau website pribadi,
organisasi dan perusahaan yang ingin mensosialisasikan jasa, program,
pengetahuan atau keterampilan tertentu pada masyarakat luas (biasanya tanpa
memungut biaya).
Kelebihan
dan Kekurangan e-Learning
Petunjuk tentang manfaat penggunaan internet,
khususnya dalam pendidikan terbuka dan pembelajaran jarak jauh, antara lain :
1.
Tersedianya
fasilitas e-moderating dimana
pendidik dan peserta didik dapat berkomunikasi secara mudah melalui fasilitas
internet secara regular atau kapan saja kegiatan berkomunikasi itu dilakukan
dengan tanpa dibatasi oleh jarak, tempat dan waktu.
2.
Pendidik dan
peserta didik dapat menggunakan bahan ajar atau petunjuk belajar yang
terstruktur dan terjadwal melalui internet, sehingga keduanya bisa saling
menilai sampai berapa jauh bahan ajar dipelajari.
3.
Peserta didik
dapat belajar atau me-review bahan
pelajaran setiap saat dan dimana saja kalau diperlukan, mengingat bahan ajar
tersimpan di computer.
4.
Bila peserta
didik memerlukan tambahan informasi yang berkaitan dengan bahan yang
dipelajarinya, ia dapat melakukan akses di internet secara lebih mudah.
5.
Baik pendidik
maupun peserta didik dapat melakukan diskusi melalui internet yang dapat
diikuti dengan jumlah peserta yang banyak, sehingga menambah ilmu pengetahuan
dan wawasan yang lebih luas.
6.
Berubahnya peran
peserta didik dari yang biasanya pasif menjadi aktif dan lebih mandiri.
7. Relative lebih efisien. Misalnya, bagi mereka yang
tinggal jauh dari perguruan tinggi atau sekolah konvensional.
Walaupun
demikian, pemanfaatan internet untuk pembelajaran atau e-learning juga tidak terlepas dari berbagai kekurangan. Berbagai
kritik (Bullen, 2001, Bearn, 1997), antara lain :
1.
Kurangnya
interaksi antara pendidik dan peserta didik atau bahkan antarsesama peserta
didik itu sendiri. Kurangnya interaksi ini bisa memperlambat terbentuknya values dalam proses pembelajaran.
2.
Kecenderungan
mengabaikan aspek akademik atau aspek social dan sebaliknya mendorong tumbuhnya
aspek bisnis/komersial.
3.
Proses
pembelajarannya cenderung kearah pelatihan daripada pendidikan.
4.
Berubahnya peran
pendidik dari yang semula menguasai teknik pembelajaran konvensional, kini juga
dituntut mengetahui teknik pembelajaran yang menggunakan ICT/medium computer.
5.
Peserta didik
yang tidak mempunyai motivasi belajar yang tinggi cenderung gagal.
6.
Tidak semua
tempat tersedia fasilitas internet.
7.
Kurangnya tenaga
yang mengetahui dan memiliki keterampilan mengoperasikan internet.
8. Kurangnya personel dalam hal penguasaan bahasa
pemrograman computer.
(Rusman,
2010:351)
Dalam refleksi filosofis tentang situasi zaman kita
sudah beberapa kali dikemukakan bahwa perkembangan ilmu dan teknologi merupakan
proses yang seakan-akan berlangsung secara otomatis, tergantung dari kemauan
manusia. Keadaan ini bisa mengherankan, karena teknik sebenarnya dimulai untuk
membentuk manusia. Martin Heidegger (1889-1976), filsuf Jerman yang dalam hal
ini barangkali mempunyai pandangan paling ektrem, berpendapat bahwa teknik yang
diciptakan manusia untuk menguasai dunia, sekarang mulai menguasai manusia
sendiri.
Gambaran tentang situasi ilmu dan teknologi ini bagi
banyak orang barangkali terlalu pesimistis.Kesulitan yang dialami etika untuk
memasuki kawasan ilmiah dan teknologis bisa memperkuat lagi kesan ini. Banyak
orang mendapat kesan bahwa proses perkembangan ilmu dan teknologi seolah-olah
kebal terhadap tuntutan etis. Dan memang benar, memperhatikan segi-segi etis
tidak menjadi tugas ilmu pengetahuan sendiri, melainkan tugas manusai di balik
ilmu dan teknologi.Jika memampuan manusia bertambah besar berkat kemajuan
ilmiah dan teknologis, maka kebijaksanaannya dalam menjalankan kemampuan itu
harus bertambah pula.(Bertens, 2007:289)
Penggunaan e-learning sebagai dampak dari model
pembelajaran modern hendaknya tetap memperhatikan etika kehidupan dan
pendidikan dalam konteks ini.Sebagai contoh misalnya pembelajaran menggunakkan
blog, blogger harus selalu memberikan catatan atau keterangan jika postingan
mengalami perubahan baik pengurangan atau penambahan
data, foto atau keterangan tambahan lainnya untuk penyempurnaan postingan atau
penyesuaian dengan perkembangan.
Pada intinya supaya pembaca tidak
kaget ketika menjumpai telah terjadi perubahan ketika ia membaca pertama kali
dan ketika berselang waktu tertentu.
Terhadap
komentar pun harus
berusaha memperlakukan secara fair. Andai ada orang memaki-maki sebagai
ekspresi ketidaksetujuannya dengan postingan sekalipun, tak pernah disunting. Biarkan apa adanya,
dengan asumsi setiap orang memiliki kecakapan dan kriteria penilaian yang bisa
diterima oleh banyak orang. Namun demikian, jika orang yang sama menuliskan
berulang-ulang yang bertendensi menyerang, barulah melakukan blocking,
termasuk menyurati yang bersangkutan jika meninggalkan alamat email
yang benar.
Selain itu misalnya kita mengambil gambar, materi atau
unduhan lain dari sumber lain harus selalu menyertakan sumber yang kita ambil.
Sumber yang kita sebutkan bisa berupa alamat website, scan buku atau materi
lainnya.Apabila kita tidak mencantumkan sumber tak ada bedanya kita dari
seorang plagiat.
Dalam menggunakkan bahasa dalam internet gunakanlah
bahasa yang benar.Bahasa tulis sangat berbeda dengan bahasa lisan, oleh
karenanya agar tidak menimbulkan salah paham harus ditulis dengan hati-hati.
Selain itu dan sering dianggap sepele harus selalu log-out jika sudah selesai
melakukan sesuatu, agar wilayah online kita tidak diketahui orang lain.
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Penggunaan metode e-learning yang semakin digemari
dapat menimbulkan dampak positif seperti: metode ini lebih efektif dan efisien,
menghemat waktu, biaya dan tenaga, mendorong mahasiswa untuk memanfaatkan
teknologi. Selain itu, penggunaan metode ini juga dapat menimbulkan dampak
negative, yaitu membuat mahasiswa menjadi malas, semakin jauh dari buku, dan
kurang mengetahui dan menghormati dosennya karena kurangnya komunikasi
langsung. Untuk itu, penggunaan metode pembelajaran e-learning harus ditinjau
ulang lagi apakah benar-benar bermanfaat bagi mahasiswa.Usahakan meminimalisir
dampak negative yang ditimbulkan dari penggunaan metode ini.Meskipun metode ini
digunakan tetap harus mengutamakan komunikasi langsung antara mahasiswa dengan
dosen.
0 komentar:
Posting Komentar