PRINSIP-PRINSIP
MANAGEMEN ORGANISASI SUMBER BELAJAR
Di
dalam organisasi sumber belajar atau lembaga sumber belajar ada beberapa sub
komponen atau unit yang perlu ada dan perlu dikelola dengan baik agar
organisasi sumber belajar tersebut dapat berfungsi secara optimal. Adapun sub
komponen organisasi sumber belajar tersebut meliputi: unit sistem informasi,
unit pelayanan, unit pengembangan instruksional, dan unit produksi. Berikut
akan dikaji beberapa prinsip managemen dari masing-masing komponen/unit
organisasi sumber belajar tersebut.
1.
Managemen
sistem informasi
Managemen disi bearti
mengatur dan mengelola suatu. Menurut
Ricky W. Griffin mendefinisikan manajemen sebagai sebuah proses
perencanaan, pengorganisasian, pengkoordinasian, dan pengontrolan sumber daya
untuk mencapai sasaran (goals) secara
efektif dan efesien.
Informasi
bisa berupa kesan pikiran seseorang atau mungkin juga berupa data yang tersusun
rapi. Informasi secara umum adalah rekaman fenomena yang diamati, atau bisa
juga berupa keputusan-keputusan yang bulat (Eastbrook, 1997:245)
Jadi bisa disimpulkan bahwa Manajemen Sistem Informasi
adalah sistem inforamsi yang didisain untuk kebutuhan manajemen dalam upaya
mendukung fungsi-fungsi dan aktivitas manajemen pada suatu organisasi
pendidikan
Dalam organisasi kesekolahan atau pada
lembaga-lembaga pendidikan pada umumnya, informasi yang bermanfaat adalah yang
banyak mendukung tugas-tugas lembaga tersebut, yaitu kira-kira semua jenis
informasi yang mempunyai aspek edukatif, riset, dan rekreatif atau dalam kata lain informasi yang tidak berpenagruh
dan dan tak memiliki aspek yang disebutkan di atas tidak terlalu di pentingkan
namun hanya sebagai pengetauan semata.
Pusat sumber belajar atau
suatu oraganisasi disini meniti beratkan
pada sebuah pengolahan informasi dengan tujuan setiap manusia dapat menerima
informasi yang penting dan dapat mengatasi masalah belajar yang mereka alami.
Dengan kata lain informasi yang diberiakan kepada masyarakat diusahakan menjadi
sebuah jembatan menuju masyarakat yang lebih inovatif. Masalah terbesar di
Indonesia mungkin kurangnya informasi dalam segala biang membuat masalah
belajar di Indonesia menjadi semakin kompleks untuk itu suatu oraganisasi
sumber belajar harus mampu menjadikan informasi sampai ke masyarakat dengan
baik.
Dalam organisasi atau pusat sumber
belajar, pengelolaan informasi menjadi garapan utama untuk kepentingan
peningkatan kualitas manusia pada umumnya. Melalui konsep penyebarluasan
informasi yang dilakukan oleh lembaga atau pusat sumber belajar tersebut,
diharapkan kebebasan menerima informasi bagi masyarakat luas bisa terlaksana
tanpa membeda-bedakan status dan kedudukan yang bersangkutan. Dengan banyaknya
informasi yang diterima oleh masyarakat maka masalah pemerataan di segala
bidang pengetahuan masyarakat akan terlaksana, yang pada akhirnya nanti akan
terbentuk masyarakat informasi yang informatif sehingga bersifat responsif
terhadap gejala-gejala yang bersifat inovatif.
Sebelum membahas mengenai
prinsip-prinsip managemen informasi organisasi sumber belajar, terlebih dahulu
kita singgung mengenai management organisasi. Management organisasi adalah
suatu kepengurusan atau seni memimpin dari seorang manajer yag ditujukan kepada
sekumpulan orang-orang yang terkoordinir dalam suatu organisasi untuk mencapai
tujuan tertentu (Abdulsyani. 1987). Dari definisi tersebut, management bisa
dikatakan sebagai pengelolaan staff atau komponen organisasi untuk menjalankan
fungsi organisasi sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai. Jika ini dikaitkan
dengan management organisasi sumber belajar bisa diartikan sebagai pengelolaan
staff atau komponen organisasi sumber belajar untuk menjalankan fungsinya
sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai.
Setiap
organisasi perlu memberikan publikasi atau desiminasi informasi atau jasa atau
produk yang dikelolanya atau dihasilkannya. Begitu juga dengan organisasi
sumber belajar. Organisasi sumber belajar perlu memberikan deseminasi informasi
tentang jasa layanan yang dilakukannya. Oleh karena itu di dalam organisasi
sumber belajar atau lebih dikenal dengan pusat sumber belajar pasti ada sistem
informasi. Sistem informasi yang digunakan dalam organisasi sumber belajar
biasanya bersifat terbuka. Sistem informasi tersebut digolongkan menjadi dua,
yaitu :
Pertama,
informasi keluar, yaitu informasi yang
biasanya ditujukan kepada mahasiswa, dosen, ketua, dan staff pusat, lembaga
dalam perguruan tinggi setempat atau sekolah lain yang membutuhkan, misalnya
sekolah pendidikan guru. Informasi keluar tersebut merupakan proses komunikasi
yang dibuat untuk disampaikan oleh bagian informasi untuk mengumumkan seluruh
kegiatan pelayanan, latihan, produksi, penyediaan, konsultasi.
Beberapa
prinsip yang perlu diperhatikan di dalam informasi keluar adalah :
a) Sesuai
dengan perencanaan pusat sumber belajar
b) Mudah
dimengerti oleh klien yang bervariasi yang ingin dijangkau
c) Usahakan
agar dapat memuaskan klien
d) Membina
hubungan dengan klien secara berkesinambungan
e) Materi
informasi hendaknya yang sangat berguna bagi klien dan berkaitan dengan program
evaluasi pusat sumber belajar
f) Tidak
akan mengikat klien dalam hal kebenaran, kehendak, waktu atau tempat.
Kedua,
informasi di dalam lembaga sumber
belajar. Informasi ini berkaitan dengan pemberian informasi kepada klien yang
sedang berada di dalam lembaga sumber belajar apabila mereka ingin mengetahui
atau mengerti apa saja yang ada dan disediakan oleh lembaga sumber belajar.
Misalnya, mereka ingin mengerti bagaimana cara mengoperasikan peralatan atau
cara mencari apa yang dibutuhkan dalam mencapai tujuan belajar. Informasi di
dalam lembaga sumber belajar biasanya berupa katalog yang berfungsi untuk
mencari judul, pengarang, produser, lokasi, isi singkat buku atau program
media.
Dari
kedua sistem informasi diatas, maka bisa kita ambil salah satu contoh mengenai
lembaga sumber belajar. Salah satu contohnya adalah perpustakaan. Disini akan
dijelaskan mengenai peran perpustakaa sebagai lembaga sumber belajar dan
managemen informasi di perpustakaan.
a. Peran
perpustakaan sebagai organisasi sumber belajar.
Seiring dengan
meningkatnya tingkat pendidikan, minat masyarakat untuk membaca juga ikut
meningkat. Perpustakaan sebagai pusat informasi dan sumber daya yang memberi
manfaat, sehingga ikut mengambil bagian dalam mencerdaskan kehidupan bangsa. Untuk
itu dalam perpustkaan harus memiliki subuah tugas yang mulia.
Dalam hal ini
perpustakaan mempunyai 2 tugas, yaitu :
1) Tugas
ilmiah, yaitu menyimpan dan mengembangkan ilmu pengetahuan/hasil budaya
manusia, dengan kata lain suatu karya
ilmiah yang sudah dikerjakan oleh seorang mahasiswa atau pun dosen dapat
menjadikan suatu pengetahuan yang baru bagi pengunjung perpustakaan tersebut.
2) Tugas
sosial, yaitu melayani siapa saja yang membutuhkan bahan yang bersumber dari
perpustakaan. Perpustakaan sendiri yang
mempunyai fungsi mencerdaskan kehidupan bangsa tentu saja tak akan lepas dari
tugas tersebut namun tentu saja perpustakaan akan menitiberatkan tugas social
tersebut pada suatu focus yang mungkin sudah di menegemen sehingga informasi
yang di dapat dapat benar-benar menjadikan perpustakaan mampu melasanakan tugas
social tersebut.
Selain sarana untuk
mencerdaskan kehidupan bangsa, perpustakaan juga bertujuan untuk menumbuhkan
minat baca masyarakat dan memperluas cakrawala pandangan masyarakat terhadap
ilmu pengetahuan. Adapun fungsi dari perpustakaan menurut Supriyanto dan Suradi
(2004) adalah :
1) Fungsi
Informasi
Fungsi
informasi disini dimaksudkan dapat memberikan semua informasi yangdi butuhkan
oleh mahasiswa ataupun anggota OSB tersebut dengan kata lain,
bagi anggota masyarakat yang memerlukan informasi dapat memintanya ataupun
menanyakannya ke perpustakaan. Informasi yang diminta dapat berupa informasi
mengenai tugas sehari-hari pelajaran maupun informasi lainnya.
2) Fungsi
Edukatif (Pendidikan)
Perpustakaan merupakan
sarana pendidikan nonformal (perpustakaan umum) dan informasi (perpustakaan
perguruan tinggi dan perpustakaan sekolah), artinya perpustakaan merupakan
tempat belajar diluar bangku sekolah maupun tempat belajar dalam lingkungan
pendidikan sekolah. . Perpustakaan
disini menjadikan seseorang mampu mandiri dalam hal belajar. Sesuai fungsinya
perpustakaan menajadikan sesorang yang tak tau menjadi tau dan menjadikan
seseorang yang minim pendidikan menjadi berwawasan.
3) Fungsi
Rekreasi
Tak
hanya buku-buku pendidikan saja dalam perpustakaan juga biasanya mempunyai
sebuah tulisan yang mampu menarik minat masyarakat sehingga masyarakat dapat
menikmati rekreasi kultur dengan cara membaca dan bacaan yang disediakan oleh
perpustakaan. Misalnya dengan membaa novel, cerita rakyat, dan lain-lainnya.
Fungsi ini tampak nyata pada perpustakaan umum.
4) Fungsi
Kultural
Perpustakaan
merupakan tempat untuk mendidik dan mengembangkan apresiasi budaya masyarakat.
Fungsi ini dapat dilakukan dengan cara menyelenggarakan pameran, ceramah,
pertunjukan kesenian, pemutaran film bahkan bercerita untuk anak-anak. Disinilah tugas anggota OSB tersebut dapat membuat
sesuatu yang menjadi kebutuhan masyarakat. Dalam hal ini menjadikan
peprpustakaan tak focus dalam mengembangkan ke dalam namun keluar juga.
b. Management
Informasi Perpustakaan
Perpustakaan merupakan
suatu unit kerja yang menyelenggarakan pengumpulan, penyimpanan, dan
pemeliharaan berbagai jenis bahan pustaka yang dikelola secara sistematik untuk
digunakan sebagai sumber informasi bagi pemakainya. Agar perpustakaan dapat
berfungsi sebagaimana yang diharapkan perlu kiranya ada kegiatan pengelolaan
yang sistematis dan continue dalam pengelolaan bahan pustaka. Adapun pengolahan
bahan pustaka perpustakaan dapat dijelaskan sebagai berikut :
a. Pengolahan
Bahan Pustaka
Bahan pustaka adalah
unsur penting dalam sistem perpustakaan, dimana bahan pustaka harus
dilestarikan karena memiliki nilai informasi yang mahal. Bahan pustaka berupa
terbitan buku, berkala (surat kabar dan majalah), dan bahan audio visual
seperti audio kaset, video, slide, CD-Rom dan sebagainya.
Pemeliharaan bahan
pustaka tidak hanya secra fisik saja, namun juga meliputi isinya yang berbentuk
informasi yang terkandung di dalamnya.Pemliharaan merupakan kegiatan
mengusahakan agar bahan pustaka yang kita kerjakan tidak cepat mengalami
kerusakan, awet, dan bisa dipakai lebih lama serta bisa menjangkau lebih banyak
pembaca perpustakaan
Tujuan pengolahan
koleksi buku atau bukan buku dalam suatu perpustakaan adalah agar supaya segala
informasi tentang bahan pustaka atau bahan lainnya yang ada di perpustakaan
dikumpulkan menurut suatu sistem tertentu dan dikelola secara tepat. Ini
berfungsi untuk mempermudah pemakai dalam mendapatkan informasi. Dalam ilmu
perpustakaan, sistem pengolahan itu disebut katalogisasi. Katalogisasi adalah
suatu proses dalam mempersiapkan data-data bibliografis yang akan menjadi tajuk
pada suatu katalog.
1) Katalogisasi
Tahap dalam pengolahan
koleksi adalah katalogisasi. Kegiatan mempersiapkan entri katalog disebut
dengan kegiatan pengatalogan atau katalogisasi (Sulistyo-Basuki, 1991)
Tujuan katalogisasi,
yaitu :
a) Mencatat
semua informasi penting dari suatu buku atau bahan bukan buku untuk
membedakannya dengan buku atau bahan bukan buku lainnya.
b) Untuk
memudahkan penelusuran buku atau bahan buku yang diperlukan sehingga dengan
mudah ditemukan diantara koleksi perpustakaan.
Fungsi
katalog perpustakaan adalah :
a) Memudahkan
penemuan kembali bahan pustaka yang telah disimpan melalui akses penggarang, judul
atau subyek.
b) Menunjukkan
kepada pengguna koleksi yang ada di perpustakaan
c) Membantu
pengguna dalam memilih koleksi yang cocok.
Bentuk
katalog ada beberapa macam, yaitu :
-
Katalog bentuk kartu
Katalog jenis ini masih
banyak digunakan, karena kartu ini tergolong murah dan dapat dengan mudah
disisipkan atau dipindahkan serta dapat disusun kembali sesuai dengan
pertambahan dan perkembangan perpustakaan.
-
Katalog bentuk buku
Katalog jenis ini
relative mahal. Bahan-bahan koleksi perpustakaan yang baru tidak dapat
ditambahkan, kecuali apabila dibuatkan buku suplemen untuk penambahan tersebut.
Susunan
kartu katalog ada tiga macam, yaitu :
a) Dictionary catalog
b) Divided catalog
c) Classified catalog
Tahap
katalogisasi mencakup dua hal, yaitu :
(1) Katalogisasi
subyek adalah tahap penentuan subjek utama sebuah bahan pustaka
(2) Katalogisasi
deskriptif berarti menyediakan informasi bibliografis pada berkas catalog
(Sulistyo-Basuki, 1991)
2.
Prinsip-Prinsip
Managemen Pelayanan
Manajemen Pelayanan bisa bearti Proses penerapan ilmu
dan seni untuk menyusun rencana, meng-implementasikan rencana,
mengkoordinasikan dan menyelesaikan aktivitas-aktivitas pelayanan demi
tercapainya tujuan-tujuan pelayanan disini khususnya berhubungan dengan
pendidikan.
Pelayanan
pusat sumber belajar adalah suatu kegiatan penyelesaian, pengadaan, pembinaan
koleksi, serta pengaturan dan penyampaian bahan pustaka kepada
pengunjung/pemakai perpustakaan.
Unsur-unsur
yang menyebabkan terjadinya suatu pelayanan, adalah :
a) Koleksi,
dibina untuk dilayankan, bukan untuk hiasan atau pajangan, bagaimana pengembangannya
serta peraturannya sehingga
menjadikan sebuah pelayanan yang maksimal dan dapat menunjang setip kebutuhan
anggota sumber OSB tersebut.
b) Fasilitas,
bagaimana ragam layanan, system, aturan layanan, lokasi penempatan gedung
c) Pelayanan/petugas,
sebagai jembatan penghubung dapat berupa seorang ahli, teknisi, ataupun
membantu teknisi.
d) Pemakai,
perorangan yang memanfaatkan layanan, dapat seorang ahli, pelajar, mahasiswa,
atau umum.
Bila salah satu unsur
diatas tidak ada atau hanya dilaksanakan setengah-setengah, maka pelayanan
tidak akan tercipta seperti yang dikehendaki atau sesuai dengan tujuan.
Ada tiga prinsip
pelayanan, antara lain :
1) Mudah
dimengerti
Menggunakan cara yang
mudah dimengerti oleh pengunjung / pemakai maupun oleh petugas itu sendiri
2) Efisien
dan ekonomis
Menggunakan peralatan
atau bahan-bahan pelengkap dengan jumlah macam sedikit-sedikit
3) Kelambatan
yang minimal
Mengusahakan tidak
adanya kelambatan dalam melayani pemakai.
Sedangkan
menurut beberapa sumber, prinsip-prinsip pelayanan adalah sbb :
1) Kesederhanaan
Prosedurnya
tidak berbelit-belit, mudah dipahami dan dilaksanakan.
2) Kejelasan
Jelas
dalam hal: persyaratan teknis dan administratif; unit kerja/pejabat yang
berwenang dan bertanggungjawab dalam memberikan pelayanan dan penyelesaian
keluhan/persoalan dalam pelaksanaan pelayanan publik; serta rincian biaya dan
tata cara pembayarannya.
3) Kepastian
waktu
Dapat
diselesaikan dalam kurun waktu yang telah ditentukan.
4)
Akurasi
Produknya diterima dengan benar, tepat dan sah.
5)
Keamanan
Proses dan produknya memberikan rasa aman dan kepastian
hukum.
6)
Tanggungjawab
Penyelenggara bertanggungjawab atas penyelenggaraan
pelayanan dan penyelesaian persoalan yang timbul.
7)
Kelengkapan
sarana dan prasarana
Tersedia sarana dan prasarana kerja, peralatan kerja dan
pendukung lainnya yang memadai termasuk penyediaan sarana teknologi
telekomunikasi dan informatika.
8)
Kemudahan
akses
Tempat, lokasi dan sarana pelayanan yang memadai, mudah
dijangkau dan dapat memanfaatkan teknologi telekomunikasi dan informatika.
9)
Kedisiplinan,
kesopanan, dan keramahan
Pemberi layanan harus bersikap disiplin, santun, serta
ikhlas.
10)
Kenyamanan
Lingkungan pelayanan harus tertib, teratur, nyaman,
bersih, rapi, serta dilengkapi dengan berbagai fasilitas pendukung pelayanan.
Dalam
prinsip management pelayanan, ada beberapa macam pelayanan yaitu :
a. Pelayanan
Sirkulasi
Pelayanan sirkulasi
adalah pelayanan pemakai yang berkaitan dengan peminjaman dan pengembalian
bahan pustaka.
Jenis kegiatan
pelayanan sirkulasi, ialah :
(1) Mengawasi
keluarnya setiap bahan pustaka
(2) Pendaftaran
anggota perpustakaan
(3) Peminjaman
(4) Pengembalian
(5) Penagihan
(6) Pemberian
sanksi
(7) Bebas
pinjam
(8) Statistik
(9) Sosialisasi
peraturan organisasi sumber belajar
(10)
Penataan koleksi di
jajaran/rak
1. Sistem
Pelayanan Sirkulasi
Ada dua sistem dalam
pelayanan sirkulasi, yaitu :
a. Sistem
Terbuka (open access)
Sistem terbuka adalah
sistem pelayanan yang memungkinkan pemakai masuk ke ruang koleksi untuk memilih
dan mengambil sendiri buku yang diinginkan dari jajaran koleksi perpustakaan.
Menurut Rahayu dan Etik (2004) system terbuka mempunyai keuntungan dan
kerugian, yaitu :
Keuntungan
(1) Menghemat
tenaga, karena petugas tidak perlu mengambilkan pustaka yang dipinjam karena bisa
langsung mengambil sendiri buku di rak.
(2) Memberikan
kepuasan kepada pemakai karena bisa memilih buku yang sesuai dengan kebutuhan
secara langsung ke jajaran koleksi.
(3) Memungkinkan
memilih judul lain yang sesuai, apabila tidak menemukan buku yang dicari
(4) Mengurangi
kemungkinan terjadinya salah paham antara pemakai dan petugas
(5) Kelancaran
dalam pelayanan
Kerugian
(1) Memerlukan
tenaga ekstra untuk mengembalikan dan membetulkan buku yang salah letak
(2) Buku
akan lebih cepat rusak karena sering dipegang
(3) Memerlukan
ruangan yang relative lebih luas, untuk pengaturan rak agar pemakai leluasa
memilih buku
(4) Suasana
buku di rak menjadi mudah rusak
(5) Membutuhkan
banyak petugas (Rahayu-Etik, 2004).
b. Sistem
Tertutup (Closed Acess)
Sistem tertutup adalah
sistem pelayanan perpustakaan yang tidak memungkinkan pemakai mengambil sendiri
bahan pustaka yang dibutuhkan.
Keuntungan
(1) Susunan
buku atau peralatan dalam rak dipelihara
(2) Mudah
mengdakan kontrol dan pengawasan
(3) Kehilangan
dapat ditekan
(4) Petugas
sedikit
(5) Pengambilan
dapat seketika
Kerugian
(1) Petugas
banyak mengeluarkan energi untuk melayani peminjaman
(2) Prosedur
peminjaman tidak bisa cepat (harus menunggu giliran dilayani bila antrian
panjang)
(3) Sejumlah
buku tidak pernah disentuh atau dipinjam
(4) Peminjam
sering tidak puas apabila buku yang dipinjam tidak sesuai dengan yang
dikehendaki
(5) Katalog
perpustakaan harus lengkap dan up to date
(6) Rangsangan
memilih tidak ada (Rahayu-Etik, 2004)
2. Pelayanan Sirkulasi
Berbasis Komputer
Semakin kompleknya
bidang pelayanan dalam pengelolaan, maka hadirnya program komputerisasi atau
sering disebut otomasi sangat diperlukan. Menurut Djuriah dan Retno Prabandani
(Rahayuningsih dan Etik Supriyanti, 2004), komputerisasi dalam arti yang sebenarnya
adalah dipakainya komputer dalam setiap tahap pekerjaan perpustakaan secara
terintegrasi dengan menggunakan sistem tertentu. Adapun persyaratan otomasi,
yaitu
1) Sumber
Daya Manusia (Brainware)
2) Perangkat
Keras (hardware)
3) Perangkat
Lunak (Software)
4) Data
Otomasi
juga bisa digunakan untuk penelusuran informasi, artinya dapat memberika
kemudahan dalam menemukan kembali sebuah informasi bahan pustaka yang diketahui
berdasarkan pengarang, judul atau subyeknya.
Otomasi pelayanan
sirkulasi diartikan sebagai keseluruhan aktivitas pelayanan sirkulasi
(peminjaman dan pengembalian) yang dikerjakan dengan memanfaatkan fasilitas
komputer. Pada umumnya perpustakaan dalam melayani masyarakt pengguna masih
menggunakan cara-cara manual yang banyak menyita waktu dan tenaga. Setelah
merombak cara-cara dan metode lama, yaitu beralih ke sistem otomasi, maka
diharapkan pekerjaan menjadi lebih terorganisasi sehingga hasilnya lebih baik.
b. Pelayanan
Referensi
Adalah suatu kegiatan
pelayanan untuk membantu pengguna perpustakaan dalam menemukan informasi yaitu
dengan cara menjawab pertanyaan dengan menggunakan koleksi referensi, serta
memberikan bimbingan untuk menemukan dan memakai koleksi referensi
(Mudhoffir,1986). Adapun tujuan pelayanan referensi menurut Marsudi dan Octavia
(2004), yaitu :
1) Memungkinkan
pengguna perpustakaan menemukan informasi dengan cepat dan tepat
2) Memungkinkan
pengguna menelusuri informasi dengan pilihan yang lebih luas
3) Memungkinkan
pengguna menggunakan koleksi referensi dengan lebih tepat guna
Fungsi
pelayanan referensi antara lain :
1) Fungsi
supervisi/pengawasan :
Untuk menciptakan
layanan referensi yang praktis dan efisien yang perlu diperhatikan adalah :
a. Pengaturan
fasilitas
b. Pemilihan
bahan-bahan
c. Pengarahan
tenaga petugas
d. Mempelajari
pemakai
2) Fungsi
informasi
Memberikan jawaban
singkat atau penelusuran informasi yang luas dan terinci sesuai dengan
bahan-bahan yang dibutuhkan, menjelaskan sumber-sumber yang tepat.
3) Fungsi
bimbingan
Memberikan nasihat,
rekomendasi bahan-bahan yang sesuai dengan suatu subyek belajar sendiri teknik
suatu ketrampilan
4) Fungsi
petunjuk
a. Pendidikan
perpustakaan tidak formal
Mendidik setiap pembaca
untuk menggunakan secara efektif dan efisien setiap alat dan sumber-sumber
referensi
b. Pendidikan
perpustakaan formal
Diselenggarakan di
sekolah-sekolah, kelompok atau organisasi bagaimana menggunakan sebuah
perpustakaan
5) Fungsi
bibliografi
Menyusun bibliografi
untuk berbagai tujuan antara lain : vertikal file, promosi, kertas kerja, haluan
bagi penelitian.
6) Fungsi
menilai
Sumber referensi harus
dinilai secara tersendiri sesuai dengan kepentingan penggunaan masing-masing
(Mudhoffir, 1987)
Macam
Pelayanan Referensi menurut Marsudi dan Octavia (2004) , yaitu :
1) Pelayanan
Referensi Pokok
a) Memberikan
informasi yang bersifat umum, baik mengenai perpustakaan yang bersangkutan pada
umumnya maupun khususnya mengenal unit pelayanan referensi
b) Memberikan
informasi yang bersifat khusus, yang untuk itu diperlukan bahan pustaka koleksi
referensi yang ada di perpustakaan yang bersangkutan dan bahkan di perpustakaan
lain.
c) Memberikan
bantuan untuk menelusur bahan pustaka
d) Memberikan
bimbingan peggunaan koleksi referensi
2) Pelayanan referensi penunjang
a) Memberikan
informasi mengenai penggunaan alat-alat penelusuran koleksi
b) Menyelenggarakan
pameran koleksi perpustakaan, terutama untuk memperkenalkan bahan pustaka yang
baru diterima
c) Mengorganisasi
koleksi referensi dengan baik sehingga mudah digunakan
d) Mencatat
dan mengumpulkan dat (statistik) kegiatan pelayanan referensi
e) Mengadakan
kerja sama dengan perpustakaan dan atau jasa informasi lain dalam bidang
penggunaan informasi.
3) Pelayanan
Informasi
Yang termasuk ke dalam
bentuk pelayanan informasi adalah :
a) Mengadakan
edaran-edaran tentang peraturan perpustakaan
b) Memberikan
petunjuk-petunjuk tentang bagaimana menggunakan katalog perpustakaan
c) Mengedarkan
daftar buku baru
d) Menyebarkan
brosur-brosur tentang perpustakaan yang bersangkutan.
Bagi
setiap perpustakaan, bentuk-bentuk servis, apa dan bagaimana tingkatnya yang
akan diberikan itu, tergantung sepenuhnya kepada beberapa faktor, yaitu :
(1) Tenaga
yang tersedia di perpustakaan yang bersangkutan
(2) Kekuatan
koleksinya
(3) Fasilitas
yang ada di perpustakaan tersebut
(4) Faktor
geografisnya
(5) Inisiatif,
kebijaksanaan-kebijaksanaan dari kepala perpustakaan
4) Layanan-layanan
khusus
Kegiatan layanan yang
dimaksud disini adalah kegiatan pengadaan, pengaturan, pengoperasian,
pemeliharaan dan penyampaian berbagai sumber belajar kepada pemakai, termasuk
pelayanan khusus ini antara lain pelayanan kunjungan, pelayanan sebaik-baiknya
kepada pemakai.
Pelayanan organisasi
sumber belajar dapat dilakukan di dalam atau di luar. Pelayanan di dalam
maksudnya pelayanan yang diberikan kepada pemakai atau pengunjung yang datang
ke pusat sumber belajar untuk mendapatkan sejumlah informasi atau berinteraksi
dengan berbagai sumber belajar sesuai dengan kebutuhan dan tujuan mereka
mengadakan kunjungan. Sedangkan pelayanan diluar maksudnya pelayanan yang
diberikan diluar gedung pusat sumber belajar. Bentuk kegiatan misalnya pameran
peralatan audio visual, penerbitan buletin, dan sebagainya.
3.
Prinsip-Prinsip
Management Pengembangan Instruksional
Pengembangan instruksional merupakan
cara yang sistematis dalam mengidentifikasikan, mengembangkan dan mengevaluasi
seperangkat materi dan strategi yang diarahkan untuk mencapai tujuan pendidikan
tertentu. Menurut Abd. Gafur yang mengutip pernyataan Ely (Singgih Wibowo St,
Steve, 2003) merumuskan pengertian pengembangan instruksional sebagai suatu
proses yang sistematis dan logis untuk mempelajari problem-problem pelajaran
agar mendapatkan yang teruji validitasnya dan praktis bisa dilaksanaai bidkan.
Hasil akhir dari pengembangan
instruksional ini ialah suatu sistem instruksional, yaitu mengembangkan secara
empiris, yang secara konsisten telah dapat mencapai tujuan instruksional
tertentu.
Menurut
Bakti Prima dalam http://bhaktiprima.blogspot.com/
, prinsip-prinsip instruksional dalam pengembangan instruksional adalah :
1. Respon-respon
baru diulang sebagai akibat dari respon tersebut. bila respon itu berakibat
menyenangkan, learner cenderung untuk mengulang respon tersebu.
Implikasinya : -perlu pemberian umpan balik dengan segera.mengapa demikian ?
-learner perlu aktif membuat respon (bagaimana caranya).
Implikasinya : -perlu pemberian umpan balik dengan segera.mengapa demikian ?
-learner perlu aktif membuat respon (bagaimana caranya).
2. Perilaku
tidak hanya dikontrol oleh akibat dari respon, tetapi juga dibawah pengaruh
atau kondisi atau tanda-tanda yang terdapat dalam lingkungan mahasiswa.(tulisan
gambar, komunikasi verbal,keteladanan guru). Beri pejelasan apa maknanya.
Implikasinya : perlu menyatakan tujuan pembelajaran secara jelas kepada
mahasiswa.
3. Perilaku
yang ditimbulakan oleh tanda-tanda tertentu akan hilang atau berkurang
frekuensinya bila tidak diperkuat dengan pemberian akibat yang menyenangkan.
Mengulang kembali bahan pelajaran yang lalu secar singkat tapi mencakup semua
bahan aspek yang telah dibahas sebelumnya. Hal ini dilakukan untuk dasar
pelajaran yang akan dibahas sehingga peserta didik dapat melakuakan refleksi
dan penguatan pada pelajaran/ materi yang lalu.
4. Belajar
terbentuk respon terhadap tanda-tanda yang terbatas akan ditransfer kepada
situasi lain yang terbatas pula.
5. Belajar
mengeneralisasikan dan membedakan adalah dasar untuk belajar sesuatu yang
kompleks seperti pemecahan masalah.
6. Status
mental mahasiswa untuk menghadapi perkuliahan akan mempengaruhi perhatian dan
ketekunan mahasiswa selama belajar.
7. Kegiatan
belajar yang dibagi menjadi langkah langkah kecil dan disertai umpan balik
untuk penyelesaian setiap langkah akan membantu siswa dalam pemahaman materi
ajar.
8. Ketrampilan
tingkat tinggi seperti ketrampilan memecahkan masalah adalah perilaku kompleks
yang terbentuk dari komposisi ketrampilan dasar yang lebih sederhana.
9. Belajar
cenderung menjadi cepat dan efisien serta menyenangkan bila siswa diberi
informasi bahwa ia menjadi lebih mampu dalam ketrampilan memecahkan masalah.
10. Perkembangan
dan kecepatan belajar siswa bervariatif, ada yang maju dengan cepat ada yang
lebih lambat .
Pengembangan instruksional yang bekerja
pada suatu pusat sumber belajar hendaknya memiliki kompetensi dalam bidang ini,
dan telah memperoleh pendidikan dan latihan khusus, memiliki pengalaman yang
cukup, pengetahuan yang luas, penampilan yang meyakinkan, dan menguasai bidang
evaluasi.
Prinsip-prinsip
kompetensi yang harus dimiliki pengembang instruksional secara garis besar
menurut Mudhoffir (1986: 80-92) adalah sebagai berikut :
a.
Mampu memilih proyek
untuk pengembangan instruksional
b.
Mampu menggali penjajakan
kebutuhan (Needs Assessment)
c.
Mampu menjajaki
karakteristik siswa
d.
Mampu menganalisa
jenjang pekerjaan dan tugas serta isinya
e.
Mampu menyebutkan hasil
belajar siswa
f.
Mampu menganalisa
karakteristik setting
g.
Mampu mengurutkan hasil
belajar
h.
Mampu menspesifikasi
strategi instruksional
i.
Mampu mengurutkan
kegiatan instruksional
j.
Mampu milih sumber
belajar
k.
Mampu menciptakan
spesifikasi kegiatan instruksional
l.
Mampu mencari bahan
instruksional
m. Mampu
mempersiapkan spesifikasi bahan untuk diproduksi
n.
Mampu mengevaluasi
instruksional atau latihan
o.
Mampu menentukan sistem
pengelolaan suatu kursus, latihan atau lokakarya dan lain sebagainya
4.
Prinsip-Prinsip
Managemen Produksi
Pengelolaan
produksi berkaitan dengan materi atau bahan yang menjadi program instruksional.
Ada
3 tahap dalam pengelolaan produksi, yaitu :
1) Mengidentifikasikan
dan menganalisa masalah komunikasi
2) Merancang
dan memproduksi pesan
3) Mengadministrasikan
fasilitas dan personalia produksi media
Hasil
produksi tergantung kepada beberapa hal seperti :
a. Produser
perorangan (produksi yang hanya dikerjakan oleh satu orang) tanpa menggunakan
pengembangan instruksional
b. Produser
perorangan dengan menggunakan pengembangan instruksional
c. Satu
unit produksi (yang dikerjakan oleh beberapa orang) tanpa menggunakan
pengembangan instruksional
d. Satu
unit produksi yang menggunakan pengembangan instruksional
Ciri-ciri
produksi
a. Didasarkan
pada suatu informasi, instruksional atau kebutuhan akan kombinasi yang
merupakan penjabaran suatu ide yang dituangkan dalam format yang sesuai
sehingga menghasilkan produk fisik yang dilengkapi dengan penjelasan implikasi,
evaluasi, penyebaran, dan kegunaannya.
b. Memiliki
ciri-ciri khusus dan asli (tidak merupakan jiplakan) dikerjakan bersama, baik
oleh pengembang instruksional maupun oleh ahli media.
c. Ketrampilan
merancang oleh pengembang instruksional dan ketrampilan memproduksi oleh ahli
media harus nampak benar, baik secara horisontal (pengalaman memproduksi)
maupun vertikal (tingkat kekompakan dan kesulitan materi)
d. Dibutuhkan
ukuran yang berbeda dalam menilai isi program maupun produk fisiknya.
Tiga
tahap pengelolaan produksi, yaitu :
1) Mengidentifikasi
dan menganalisa masalah komunikasi
2) Merancang
dan memproduksi pesan, dan
3) Mengadministrasikan
fasilitas dan personalia produksi media.
KESIMPULAN :
Dalam mengelola sebuah
organisasi sumber belajar, hendaknya perlu diperhatikan beberapa hal yang
sangat berpengaruh dalam pencapaian tujuan sebuah organisasi sumber belajar
yang bersangkutan. Karena, di dalam sebuah organisasi sumber belajar terdapat
beberapa manajemen yang masing-masing saling berpengaruh, yaitu manajemen
informasi, pelayanan, pengembang instruksional, dan manajemen produksi.
Masing-masing manajemen harus benar-benar menerapkan prinsip masing-masing agar
pelayanan dalam sebuah organisasi sumber belajar dapat berjalan dengan efektif
dan efisien dan bisa berkontribusi untuk mencerdaskan kehidupan bangsa
Indonesia.
DAFTAR REFERENSI
Muhtadi, Ali. 2005. Manajemen Sumber Belajar. Yogyakarta.
Mudhoffir. 1986. Prinsip-prinsip Pengelolaan Pusat Sumber
Belajar. Bandung : Remadja karya.
images.negaralangit.multiply.multiplycontent.com diakses tanggal 01
April 2012, pukul 19.00 WIB.
0 komentar:
Posting Komentar