A.
Pembelajaran
Holistik
Istilah
holistik mengandung makna menyeluruh atau utuh. Pendekatan holistik memandang
manusia secara utuh, dalam arti manusia dengan unsur kognitif, afeksi dan
perilakunya. Manusia juga tidak bisa berdiri sendiri, namun terkait erat dengan
lingkungannya. Manusia tidak bisa terlepas dari manusia lain, demikian pula
dengan lingkungan fisik atau alam sekitarnya. Manusia juga tergantung kepada
Tuhan yang Maha Kuasa selaku pencipta dan penentu hidupnya(Sawang:2011).
Menurut pusat penelitian dan pelayanan pendidikan Universitas
Sanata Darma (2009) dalam artikel onlinya bahwasanya, pembelajaran holistik (holistic
learning) adalah pendekatan pembelajaran yang berfokus pada pemahaman informasi
dan mengkaitkannya dengan topik-topik lain sehingga terbangun kerangka
pengetahuan. Dalam pembelajaran holistik, diterapkan prinsip bahwa siswa akan
belajar lebih efektif jika semua aspek pribadinya (pikiran, tubuh dan jiwa)
dilibatkan dalam pengalaman siswa.
Akhmad Sudrajat(2008) menuliskan dalam artike onlinya bahwasanya
2008) menuliskan dalam artike onlinya bahwasanya, tujuan pendidikan holistik
adalah membantu mengembangkan potensi individu dalam suasana pembelajaran yang
lebih menyenangkan dan menggairahkan, demoktaris dan humanis melalui pengalaman
dalam berinteraksi dengan lingkungannya. Melalui pendidikan holistik, peserta
didik diharapkan dapat menjadi dirinya sendiri (learning to be). Dalam
arti dapat memperoleh kebebasan psikologis, mengambil keputusan yang baik,
belajar melalui cara yang sesuai dengan dirinya, memperoleh kecakapan sosial,
serta dapat mengembangkan karakter dan emosionalnya (Basil Bernstein).
B.
Ciri-Ciri Pembelajaran Holistic
Luluk Yunan Ruhendi (2004:187)
Paradigma holistik menekankan proses pendidikan dengan ciri-ciri sebagai
berikut:
1. Tujuan pendidikan holistik mengintrodusir terbentuknya manusia
seutuhnya dan masyarakat seutuhnya.
2. Materi pendidikan holistik
mengandung kesatuan pendidikan jasmani-rohani, mengasah kecerdasan
intelektual-spiritual (emosional)- ketrampilan, kesatuan materi pendidikan
teoritis-praktis, kesatuan materi pendidikan pribadi-sosial-ketuhanan
3. Proses pendidikan holistik mengutamakan kesatuan kepentingan anak
didik-masyarakat.
4. Evaluasi pendidikan holistik mementingkan tercapainya perkembangan
anak didik dalam bidang penguasaan ilmu-sikap-tingkahlaku-ketrampilan.
C.
Metode dan Teknik Pembelajaran Holistic
Pembelajaran holistic dapat dilaksanakan dengan mengunakan berbagai
macam metode dan teknik. Adapun metode dan teknik pembelajran holistic menutur
penelitian dan pelayanan pendidikan Universitas Sanata Darma (2009) yaitu:
1.
Metode Pembelajaran Holistik
Metode yang digunakan dalam pembelajaran holistic ada 2 metode
yaitu:
a. Belajar melalui keseluruhan bagian otak.
Bahan palajaran dipelajari dengan melibatkan sebanyak mungkin
indera; juga melibatkan berbagai tingkatan keterlibatan, yaitu: indera,
emosional, dan intelektual. Sehingga aspek kognitif , afektif,dan psikomotor
dapat berkembang secra baik dan berkembang sesuai dengan tingkatan pada fase
pertmbuhan manusia.
b. Belajar melalui kecerdasan majemuk (multiple
intelligences)
Siswa mempelajari materi pelajaran dengan menggunakan jenis
kecerdasan yang paling menonjol dalam dirnya. Kecerdasan yang digunakan sesuia
dengan karakteristik pembelajaran masing masing. Apakah itu bertipe audio,
visual atau pin audio visual serta tipe belajar yang lain.
2.
Taknik Pembelajaran Holistik
Ada beberapa teknik pembelajaran holistic yaitu antara lain:
a. Mengajukan pertanyaan
Siswa menanyakan beberapa terkait beberapa hal seperti:
(1) Apa yang sedang dipelajari?
(2) Apa hubungannya dengan topik-topik lain dalam bab yang sama?
(3) Apa hubungannya dengan topik-topik lain dalam mata pelajaran
yang sama?
(4) Adakah hubungannya dengan topik-topik dalam mata pelajaran
lain?
(5) Adakah hubungannya dengan sesuatu dalam kehidupan sehari-hari?
b. Memvisualkan informasi
Guru mengajak siswa untuk menyajikan informasi dalam bentuk gambar,
diagram, atau sketsa. Objek atau situasi yang terkait dengan informasi
disajikan dalam gambar; sedangkan hubungan informasi itu dengan topik-topik
lain dinyatakan dengan diagram. Gambar atau diagram tidak harus indah atau
tepat, yang penting bisa mewakili apa yang dibayangkan oleh siswa. Jadi gambar
atau diagram dapat berupa sketsa atau coretan kasar. Setelah siswa memvisualkan
informasi, mereka dapat diminta menerangkan maksud gambar, diagram, atau sketsa
yang dibuatnya
c. Merasakan informasi
Jika informasi tidak dapat atau sukar divisualkan, siswa dapat
menangkapnya dengan menggunakan indera lainnya. Misalnya dengan meraba,
mengecap, membau, mendengar, atau memperagakan
Pendidikan holistik memperhatikan
kebutuhan dan potensi yang dimiliki peserta didik, baik dalam aspek intelektual,
emosional, emosional, fisik, artistik, kreatif, dan spritual. Sehingga dalam
mengembangan pembelajaran holistic harus memperhatikan beberapa hal agar supaya
pembelajaran dapat berjalan dengan baik. Menutut Akhmad Sudrajat(2008) hal yang
perlu di pertimbangkan yaitu:
1.
Menggunakan pendekatan pembelajaran transformative
2. Prosedur pembelajaran yang fleksibel
3. Pemecahan masalah melalui lintas disiplin ilmu
4. Pembelajaran yang bermakna
5. Pembelajaran melibatkan komunitas di mana
individu berada
D.
Konsep Dasar yang Medasari Pendekatan Holistic
Scott H
Young (2005), Prinsip holistik yang
mendasari adalah bahwa organisme kompleks fungsi yang paling efektif ketika
semua bagian komponen itu sendiri berfungsi dan co-operasi secara efektif. Dan
ide ini berhubungan sangat erat dengan konsep sinergi, dengan seluruh yang
lebih besar daripada jumlah bagian-bagiannya. Dalam hal pendidikan arus utama
pendekatan 'manusia yang utuh' untuk belajar adalah jauh lebih mungkin untuk
diamati dalam pembibitan sensorik-kaya atau ruang sekolah aktivitas utama
daripada di teater kecerdasan-didominasi kuliah universitas.
Secara maknawi holistik adalah
pemikiran secara menyeluruh dan berusaha menyatukan beraneka lapisan kaidah
serta pengalaman yang lebih dari sekedar mengartikan manusia secara sempit.
Artinya, setiap anak sebenarnya memiliki sesuatu yang lebih daripada yang di
ketahuinya. Setiap kecerdasan dan kemampuan seorang jauh lebih kompleks
daripada nilai hasil tesnya
Adapun yang dianggap sebagai pendukung
pembelajaran holistik adalah tokoh humanistik dari Swiss Johan Pestalozzi,
Thoreau, Emerson, maria Montessori dan Rudolf Steiner. Semua tokoh tersebut
menjelaskan bahwa pendidikan harus mencakup penanaman moral, emosional, fisik,
psikologis, agama serta dimensi perkembangan intelektual anak secara utuh.
Lebih lanjut mereka mengatakan bahwa sudah bukan waktunya lagi pendidikan itu terkotak-kotak
sepenggal-sepenggal (bukan waktunya lagi pendidikan terfokus pada salah satu
ranah, yaitu kognitif, afektif dan psikomotorik) dalam membentuk peserta
didiknya. Mereka harus diberi pendidikan secara holistik dan ideal sebagai
bekal hidupnya sehingga nantinya mereka menjadi manusia yang berkeunggulan
hidup dan akhirnya mamiliki kemandirian hidup
E.
Aplikasi Pendekatan Holistik dalam
Pendidikan Anak
Pendekatan dalam
proses pelaksanaan pendidikan yang mampu melihat anak secara keseluruhan adalah
Pendekatan Holistik. Pendekatan Holistik dikemas bukan dalam bentuk yang kaku
melainkan melalui hubungan langsung antara anak didik dengan lingkungannya.
Pendekatan Holistik tidak melihat manusia dari aktivitasnya yang terpisah
pada bagian-bagian tertentu, namun merupakan mahluk yang bersifat utuh
dan tingkah lakunya tidak dapat dijelaskan berdasarkan aktivitas bagian-bagiannya.
Tidak hanya melalui potensi intelektualnya saja, namun juga dari potensi
spiritual dan emosionalnya
Proses
pelaksanaan pendekatan Holistik dalam pendidikan akan mengajak anak berbagi
pengalaman kehidupan nyata, mengalami peristiwa-peristiwa langsung yang
diperoleh dari pengetahuan kehidupan. Dengan demikian pendidik diharapkan dapat
menyalakan/menghidupkan kecintaan anak akan pembelajaran. Pendidik juga
mendorong anak untuk melakukan refleksi, diskusi daripada mengingat secara
pasif tentang fakta-fakta. Hal ini jauh lebih bermanfaat dibanding keterampilan
pernecahan masalah yang bersifat abstrak.
Komunitas
pembelajaran yang diciptakan pada proses pendidikan Holistik harus dapat
merangsang pertumbuhan kreativitas pribadi, dan keingintahuan dengan cara
berhubungan dengan dunia. Dengan demikian anak didik dapat menjadi
pribadi-pribadi yang penuh rasa ingin tahu yang dapat belajar apapun yang
mereka butuh ketahui dalam setiap konteks baru,
Model pendidikan
holistik ini melahirkan Kurikulum Holistik yang memiliki ciri-ciri:
1. Spiritualitas adalah jantung dari setiap proses dan praktek
pembelajaran
2.
Pembelajaran
diarahkan agar siswa menyadari akan keunikan dirinya dengan segala potensinya.
Mereka harus diajak untuk berhubungan dengan dirinya yang paling dalarn (inner
self, sehingga memahami eksistensi, otoritas, tapi sekaligus bergantung
sepenuhnya kepada pencipta Nya).
3.
Pembelajaran
tidak hanya mengembangkan cara berpikir analitis/linier tapi juga intuitif.
4.
Pembelajaran
berkewajiban menumbuh kembangkan potensi kecerdasan ganda (multiple
intelligences).
5.
Menyadarkan anak
akan keterkaitannya dengan komunitas sekitarnya
6.
Mengajak anak
menyadari hubungannya dengan bumi dan ciptaan Allah selain manusia seperti
hewan, tumbuhan, dan benda (air, udara, tanah) sehingga mereka memiliki
kesadaran ekologis.
7.
Kurikulumnya
memperhatikan hubungan antara berbagai pokok bahasan dalam tingkatan
transdisipliner, sehingga hal itu akan lebih memberi makna kepada siswa.
8.
Menghantarkan
anak untuk menyeimbangkan antara belajar individual dengan kelompok
(kooperatif, kolaboratif, antara isi dengan proses, antara pengetahuan dengan
imajinasi, antara rasional dengan intuisi, antara kuantitatif dengan kualitatif
9.
Pembelajaran yang
tumbuh, menemukan, dan memperluas cakrawala
10. Pembelajaran yang merupakan sebuah proses kreatif dan
artistic
Diambil
dari artikel online Djauharah Bawazir 2008.
Artikel Online menyebutkan aplikasi pendekatan
holistik menurut Woofolk, A (1993) dalam pembelajaran di sekolah adalah sebagai
berikut :
1. Wawasan
pengetahuan yang mendalam ( insight ) yaitu bahwa wawasan memegang peranan
penting dalam perilaku.
2. Pembelajaran
yang bermakna ( meaning ful learning ) yaitu kebermaknaan unsur – unsur yang
terkait dalam suatu objek atau peristiwa akan menunjanng pembentukan insight dalam
proses pembelajaran
3. Perilaku
bertujuan ( purposive behavior ) yaitu bahwa hakikatnya perilaku itu terarah
pada suatu tujuan
4. Prinsip
ruang hidup ( life space ) menyatakan bahwa perilaku individu mempunyai
keterkaitan dengan lingkungan atau medan dimana ia berada. Prinsip ini
mengaplikasikan adanya padanan dan akitan antara proses pembelajaran dengan
tuntutan dan kebutuhan lingkungan
5. Transfer
dalam pembelajaran yaitu pemindahan pola – pola perilaku dari suatu situasi
pembelajaran tertentu kepada situaasi lain. Transfer akan terjadi apabila anak
menangkap prinsip – prinsip pokok dari suatu masalah dan memnemukan
generalisasi kemudian digunakan dalam memecahkan masalah dalam situasi lain
BAB III
PENUTUP
Pembelajaran holistik (holistic learning)
adalah pendekatan pembelajaran yang berfokus pada pemahaman informasi dan
mengkaitkannya dengan topik-topik lain sehingga terbangun kerangka pengetahuan .
Pembelajaran yang terbangun meliputi kognitif,
afektif dan psikomotor yang
kesemua komponen tersebut merupakan keutuhan dari manusia. Sehingg prinsip yang
sesuai dengan pendekatan holistic ini adalah pembelajaran Humanistik yang lebih
tepatnya memanusiakan manusia.
Pendekatan holistic sendiri
memiliki berbagai metode dan teknik dalam penerapanya . metode tersebut adalah Belajar melalui
keseluruhan bagian otak dan Belajar melalui kecerdasan majemuk (multiple
intelligences). Sedangkan teknik yang digunaan dalam pendekat holistic
adalah Mengajukan pertanyaan, Memvisualkan informasi dan Merasakan informasi.
Sehingga Pendekatan Holistik tidak
melihat manusia dari aktivitasnya yang terpisah pada bagian-bagian tertentu,
namun merupakan mahluk yang bersifat utuh dan tingkah lakunya tidak dapat
dijelaskan berdasarkan aktivitas bagian-bagiannya. Tidak hanya
melalui potensi intelektualnya saja, namun juga dari potensi spiritual dan
emosionalnya
DAFTAR
PUSTAKA
Luluk Yunan Ruhendi. 2004. Paradikma Pendidikan Universal.
Yogyakarta: IRCISoD
Anonim. 2009.
“Pendekatan Pembelajaran Holistik” diakses pada hari Senin, 28 November 2011 di
http://anonim.blogspot.com/2009/Pendekatan-Pembelajaran -Holistik
Akhmad Sudrajat. 2008. “Tentang Pendekatan Holistik” diakses pada hari Senin, 28 November 2011 di http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/01/26/pendidikan-holistik/
Djauharah
Bawazir. 2008. “Pendekatan Holistik Dalam Pendidikan Anak” diakses pada hari Senin, 28 November 2011 di
http://bunyan.co.id/index.php?option=com_content&view=article&id=284&Itemid=97
Pusat penelitian dan pelayanan
pendidikan Universitas Sanata Darma. 2009. “Pembelajaran Holistik” diakses pada hari Senin, 28 November 2011 di http://p4-usd.blogspot.com/2009/05/pembelajaran-holistik.html
Sawang.
2011. “Pendekatan Holistik Dalam Pendidikan Anak” diakses pada
hari Senin, 28 November 2011 di http://susatyoyuwono.blogdetik.com/2011/02/17/ pendekatan-holistik-dalam-pendidikan-anak/
Young,
Schoot H. 2005. “Belajar Holistik” diakses pada hari Senin, 28
November 2011 di www.jwelford.demon.co.uk/ brainwaremap/holist.html
pembelajran holistik, sudah saatnya di Indonesia menerapkan pembelajarn hlistik. sehingga tercipta suasana belajar yang menyenangkan, tidak kering, tidak kaku.... mengingat anak memiliki pribadi dan latar belakang yang berbeda. Keberhasilan anak tidak hanya ditentukan oleh keunggulan secara kognitif, melainkan afektif dan psikomotorik.Perkembangan anak ditentukan oleh pengalamannya,. Anak selain diperlakukan sebagai makhluk individu dia juga sebagai mahluk sosial,. Pembelajaran Holistik, membuat anak "bergairah" dalam belajar, mereka akan merasa "sayang" kalau meninggalkan pelajaran. Tentunya dibutuhkan kesiapan bagi tenaga pendidik, siap secara akademis maupun mentalnya, begitu juga dengan unsur penunjang lainnya.
BalasHapus